TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengelolaan, Pembiayaan, dan Resiko Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan, mengatakan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat, yang disebut Fed Fund Rate, membawa dampak positif bagi penjualan sukuk global USD Indonesia.
Robert mengatakan kenaikan FFR membuat imbal hasil US Treasury menurun. "Itu menguntungkan kami saat menerbitkan sukuk global USD," kata dia di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 30 Maret 2017.
Baca: Pemerintah akan Terbitkan Sukuk Global pada Maret
Pemerintah menerbitkan sukuk global di pasar Indonesia senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp40 triliun. Surat utang ini terdiri dari sukuk US$ 1 miliar untuk tenor 5 tahun dan US$ 2 miliar untuk tenor 10 tahun. Robert mengatakan sukuk mendapat penawaran lebih dari US$ 10,84 miliar.
Robert mengatakan settlement dilaksanakan pada 29 Maret 2017. Menurut dia, sukuk sengaja diterbitkan pada Maret. "Ini strategi kami mengantisipasi kepastian suku bunga di tingkat global termasuk FFR," katanya. Menurut dia, sukuk global biasanya diterbitkan di akhir tahun seperti Oktober dan November.
Baca: Pemerintah Tetapkan Hasil Penjualan Sukuk Ritel Rp 14,03 Triliun
Sukuk global pemerintah kali ini memiliki imbalan sebesar 3,40 persen untuk tenor 5 tahun. Sementara imbalan untuk sukuk dengan tenor 10 tahun sebesar 4,15 persen.
Robert mengatakan sukuk global ini diterbitkan berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakan stuktur Wakalah. Undelying sukuk berupa barang milik negara berupa tanah dan bangunan sebesar 51 persen dan proyek-proyek pemerintah sebesar 49 persen.
Baca: 2017, Total Emisi Obligasi dan Sukuk Tembus Rp 13 Triliun
Sukuk global itu dicatatkan di Singapore Stock Exchange dan Nasdaq Dubai. Pemerintah mengadakan roadshow ke beberapa kota pusat keuangan syariah di kawasan Asia, Eropa, dan Timur Tengah untuk menawarkannya.
Kedua sukuk memperoleh peringkat Baa3 dari Moody's dan BBB- dari Fitch. Sukuk diterbitkan melalui perusahaan penerbit Surat Berharga Syariah Negara Indonesia III. Badan hukum ini khusus dibentuk pemerintah untuk menerbitkan SBSN.
Joint Lead Managers dan Bookrunners yang ditunjuk untuk transaksi ini adalah Deutsche Bank, HSBC, Mandiri Securities, National Bank of Abu Dhabi, dan Standard Chartered Bank. Sementara Co-managers transaksi yang ditunjuk adalah PT Bahana Securities, PT Danareksa Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
VINDRY FLORENTIN