TEMPO.CO, Kanada - Mulai menggeliatnya harga minyak dunia beberapa waktu terakhir menjadi kesempatan emas. Pada saat-saat seperti ini, perusahaan-perusahaan di sektor minyak dan gas biasanya mulai melakukan investasi baru atau berekspansi.
Kesempatan inilah yang akan dimanfaatkan Konsulat Jenderal RI di Vancouver, Kanada. Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Alberta, KJRI Vancouver menggelar bussines forum mengenai "Energy and Infrastructure in Indonesia" di Calgary, Alberta, pada Rabu, 23 November 2016.
Pemilihan lokasi ini bukan main-main. Calgary ibarat "jantung energi Kanada". Kota berpenduduk satu juta jiwa, dengan pendapatan per kapita US$ 74 ribu (lebih tinggi daripada Amerika Serikat dan Swis), ini adalah markas perusahaan-perusahaan migas Kanada, termasuk Suncor Energy dan Husky Energy. "Kami berusaha mengajak industri migas dan energi lain di Calgary untuk berinvestasi ke Indonesia," kata Konsul Jenderal RI di Vancouver Sri Wilujeng.
Sepanjang pagi hari, tak kurang dari 120 CEO dan manajer perusahaan energi dengan tekun mengikuti berbagai presentasi tentang Indonesia. Direktur Bank Indonesia di New York Erwin Haryono memaparkan kondisi moneter Indonesia dan lingkungan strategisnya yang makin solid. Sedangkan Kepala Perwakilan BKPM di New York Rahardjo Siswohartono menjelaskan langkah pemerintah Indonesia mempermudah penanaman modal asing dan berbagai insentif untuk investasi di sektor migas.
Gigih Prakoso, Senior Vice President of Corporate Strategic Growth Pertamina, menarik perhatian para CEO dan manajer industri migas Calgary tentang upaya pemerintah RI mendorong eksplorasi dan eksploitasi migas di kawasan Indonesia timur.
Khusus untuk wilayah Kalimantan Utara, potensi migas secara detail dijelaskan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kalimantan Utara Fredrick Elia Gugkang. Saat ini, potensi cadangan minyak di wilayah Kalimantan Utara diperkirakan mencapai 764 juta barel, sedangkan potensi gas mencapai 23 triliun kaki kubik, yang dapat dieksploitasi selama 30 tahun. "Pemerintah Kalimantan Utara telah memiliki program riil untuk mendukung investasi migas di wilayah kami," kata Fredrick.
Sewaktu makan siang, delegasi Pertamina berkesempatan berdialog khusus dengan ekspatriat Indonesia yang menggeluti industri migas di Alberta. Harapannya, melalui pertemuan tersebut, dapat tergali informasi yang relevan untuk Indonesia dari pengalaman serta perspektif para ekspatriat tersebut.
Setelah serangkaian presentasi, para pengusaha Calgary masih mendapatkan kesempatan untuk berkonsultasi dengan para pemapar secara terpisah. Karena banyaknya peminat, setiap peserta hanya mendapatkan jatah 5 menit.
"Karena waktunya terbatas, kami mengharapkan pertemuan hari ini lebih menjadi sesi introduksi dan untuk membangun jejaring (network) yang baik. Semuanya masih harus ditindaklanjuti secara serius, baik di Tanah Air maupun di Alberta sendiri," kata Duta Besar Indonesia untuk Kanada Dr. Teuku Faizasyah.
Harapan Faizasyah tampaknya akan menjadi kenyataan. Dalam pembicaraan setelah business forum, pihak KJRI Vancouver dan Pemerintah Provinsi Alberta langsung bersepakat dengan sebuah langkah tindak lanjut konkret. "Pemprov Alberta akan segera menjajaki kemungkinan mengirimkan misi bisnis ke Indonesia sekitar Maret 2017," kata Konjen Wilujeng.
DP