TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. tengah bersiap melakukan akuisisi pabrik grinding plant milik perusahaan lokal di Bangladesh dengan kapasitas produksi mencapai satu juta ton per tahun.
Direktur Produksi PT Semen Indonesia Tbk. Johan Samudera mengatakan telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan pabrik lokal yang belum bisa ia sebutkan namanya, terkait rencana akuisisi tersebut pada Oktober 2016.
Johan menjelaskan sebagai tindak lanjut nota kesepahaman tersebut, maka pihaknya pada pertengahan bulan ini akan mengutus tim untuk melakukan tinjauan serta uji tuntas atau due diligence.
“ Target kami mudah-mudahan akusisi berjalan lancar dan bisa terealisasi tahun depan. Kami akan menunggu hasil due diligence,” kata Johan kepada Bisnis, Senin, 14 November 2016.
Johan mengatakan negara Bangladesh merupakan pasar potensial, lantaran negara itu belum memiliki bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan semen yakni klinker dengan kebutuhan 20 juta ton per tahun.
Dia melanjutkan untuk pengakusisian tersebut, perseroan memproyeksikan akan membutuhkan alokasi pendanaan sekitar US$ 50 juta hingga US$ 100 juta bergantung pada besaran porsi saham yang tengah didiskusikan.
Selain itu, Johan juga mengatakan produksi klinker sebesar 3 juta ton di Padang milik perseroan juga siap untuk diekspor ke negara itu tahun depan. Perseroan menargetkan tahun depan juga dapat memperluas cakupan ekspor serta pembangunan griding plant ke negara lain seperti Filipina. Filipina dinilainya cukup menjanjikan untuk ekspor jenis semen curah dan kantong. Terutama katanya melihat kontribusi lini ekspor masih belum maksimal yakni sekitar 5 persen hingga akhir tahun ini.
Upaya ekspansi di luar negeri ini dilakukan sebagai strategi menjawab persoalan overkapasitas produksi semen di dalam negeri yang masih akan berlanjut hingga tahun depan. Menurutnya masih akan ada kelebihan kapasitas sebesar 18 juta ton dari produksi hingga akhir tahun ini sebesar 60 juta ton mencapai 78 juta ton.
“Tantangannya masih sama, demand dalam negeri naiknya tidak tinggi sekitar 5 persen, sedangkan tahun berikutnya pabrik baru yang muncul sangat banyak,” ujar Johan.
Kendati demikian, Johan optimistis mampu meningkatkan tingkat ultilisasi atau pemanfaatan hingga 92 persen tahun depan dari target akhir tahun ini 90 persen. Hal itu dikarenakan perseroan masih memiliki kantong-kantong potensial yang tersebar di 24 lokasi dan pelabuhan.
Tak hanya itu, penambahan kontrak baru yang diraih perseroan dari suplai material pembangunan infrastruktur juga akan berkontribusi terhadap tingkat utilisasi, sekitar 5 juta ton. Sejauh ini, pereroan banyak meraih kontrak untuk melakukan suplai jalan tol dari BUMN karya semisal WIKA, WSKT, serta PT PP, serta proyek PLTU.
Selain itu, Johan juga mengungkapkan tambahan kapasitas produksi tetap dilakukan dengan pembangunan pabrik baru di Rembang dan Padang dengan total produksi 2,5 juta ton per tahun. Dengan demikian dia memproyeksikan tahun depan mampu mencapai produksi sebesar 32,5 juta ton per tahun.
Pengembangan bisnis di Rembang itu diharapkan dapat memperkuat pasar di Jawa Tengah yang saat ini belum terlalu terjamah.