TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal Oktober ini diperkirakan akan melanjutkan tren penguatan atau bullish.
Menurut analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto, kenaikan IHSG didukung oleh rendahnya risiko pasar saham global akhir pekan lalu dan kenaikan harga minyak mentah. Dari dalam negeri, sentimen berasal dari keberhasilan perolehan dana tebusan periode pertama program tax amnesty yang melampaui perkiraan sebelumnya.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 5.330 hingga resisten di 5.410 cenderung di teritori positif," ujar David Sutyanto dalam pesan tertulisnya, Senin, 3 Oktober 2016. Selain itu, peluang penguatan rupiah terhadap dolar AS juga menjadi faktor positif di pasar saham.
Perdagangan saham akhir pekan lalu sekaligus menandai perdagangan akhir September, gagal mengangkat IHSG menembus level resisten kuat di 5.470. Sebaliknya, perdagangan didominasi aksi ambil untung pemodal jangka pendek terimbas sentimen negatif dari pasar saham global dan kawasan Asia, menyusul meningkatnya perhatian pasar atas persoalan yang dihadapi bank terbesar di kawasan Eropa, Deustche Bank AG. IHSG akhir pekan lalu akhirnya tutup koreksi 67,153 poin (1,23 persen) di 5.364,804.
Namun di tengah koreksi IHSG, pemodal asing terlihat mulai melakukan pembelian balik setelah beberapa sesi perdagangan sebelumnya cenderung mencatatkan penjualan bersih. Pemodal asing akhir pekan lalu mencatatkan nilai pembelian bersih Rp 384,67 miliar.
Selama sepekan IHSG koreksi 0,45 persen setelah pekan sebelumnya rally 2,3 persen. Sedangkan sepanjang September lalu IHSG koreksi 0,4 persen setelah sepanjang tiga bulan berturut-turut sejak Juni mencatatkan penguatan. "IHSG sepanjang tahun ini hingga akhir pekan lalu (YTD) menguat 16,8 persen menandai tren bullish perdagangan saham tahun ini," ucap David.
Sementara bursa saham global akhir pekan lalu berhasil rebound setelah terkoreksi hari sebelumnya akibat kekhawatiran krisis Deustche Bank AG. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx, naik 0,36 persen persen di 3.002,24. Di Wall Street indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,9 persen dan 0,8 persen di 18.308,15 dan 2.168,27.
Menurut David, kenaikan saham di bursa global akhir pekan lalu terutama dipicu redanya kekhawatiran atas krisis Deutcshe Bank AG yang mengangkat kembali harga sahamnya dan kemudian berimbas pada saham sektor keuangan lainnya. Harga minyak yang kembali menguat akhir pekan lalu di US$ 48,24 per barel ikut mendorong rally bursa saham global.
Selama sepekan indeks DJIA dan S&P di Wall Street berhasil menguat masing-masing 0,26 persen dan 0,17 persen melanjutkan penguatan pekan sebelumnya. Penguatan harga minyak mentah sepekan kemarin hingga 8,45 persen dan hasil debat kandidat presiden AS yang menempatkan Hilary lebih unggul ketimbang Trump menjadi katalis utama penguatan Wall Street pekan lalu.
DESTRIANITA