TEMPO.CO, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat perusahaan tambang milik negara, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (Antam) menjadi idBBB+ dari peringkat sebelumnya idA-.
Menurut analis Pefindo, Niken Indriasih, penurunan peringkat tersebut akibat rendahnya harga nikel di luar ekspektasi yang berlangsung secara berkelanjutan, walaupun biaya tunai saat ini lebih rendah. Hal ini menyebabkan profitabilitas yang sudah melemah menjadi tertekan akibat larangan ekspor bijih mineral di tengah tingginya utang untuk membiayai proyek hilirisasi.
Adapun faktor-faktor yang mendukung peringkat dalam penilaian perusahaan berkode saham ANTM adalah sumber daya produk utama yang besar, kegiatan operasional yang terintegrasi secara vertikal, dan produk perusahaan yang beragam. Namun peringkat ANTM menjadi terbatas karena tingkat leverage keuangan yang agresif.
“Kemudian adanya proteksi atas arus kas perusahaan yang sangat lemah dan risiko fluktuasi harga komoditas,” ujar Niken saat menggelar media release di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 29 September 2016.
Niken melihat, ke depan, peringkat tersebut akan stabil karena memperhitungkan rasio gearing bersih yang membaik setelah mereka melakukan aksi korporasi, seperti right issue dan revaluasi aset, serta profitabilitas yang akan membaik. Walaupun tidak kembali ke tingkat profitabilitas sebelum larangan ekspor, dengan beroperasinya perluasan pabrik feronikel Pomalaa, ada potensi arus kas dari penjualan bijih nikel.
Pefindo berpotensi menaikkan peringkat ANTM apabila secara signifikan mereka meningkatkan proteksi arus kas dan struktur permodalan secara berkelanjutan, didukung dengan langkah-langkah penghematan yang juga dilakukan secara berkelanjutan. “Juga arus kas yang lebih tinggi daripada penjualan bijih nikel yang disertai dengan pemulihan yang signifikan atas harga nikel,” ucap Niken.
Sebaliknya, Pefindo juga dapat kembali menurunkan peringkat ANTM apabila profil keuangan, struktur permodalan, dan proteksi arus kas melemah akibat harga komoditas lebih rendah daripada yang diproyeksikan, terutama nikel—jika terjadi kenaikan atas harga minyak yang meningkatkan biaya tunai—dan gagal memenuhi target volume penjualan dari produk-produknya. Selain itu, peringkat bisa berada dalam tekanan jika posisi utang ANTM lebih tinggi ketimbang proyeksi dan mereka gagal menyelesaikan proyek ekspansi sesuai dengan jadwal.
DESTRIANITA