TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat perolehan efisiensi dari pengadaan minyak sebesar US$ 91 juta atau Rp 1,2 triliun pada paruh pertama 2016. Pencapaian ini diperoleh setelah perusahaan pelat merah tersebut mengalihkan pengadaan ke divisi Integrated Supply Chain (ISC) dari sebelumnya melalui anak usaha Pertamina Energy Trading Limited (Petral).
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan, penurunan komponen alpha (biaya distribusi dan margin) dari proses pengadaan berlangsung dari waktu ke waktu. “Nanti akan mentok di posisi tidak ada suplai lagi karena target kita membangun kilang,” ujar Dwi dalam konferensi pers, Kamis, 25 Agustus 2016.
Realisasi penghematan Pertamina melampaui target sebesar US$ 42 juta. Adapun, tahun lalu, efisiensi yang diperoleh lebih besar, yakni US$ 208 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun.
Direktur Keuangan Arief Budiman mengatakan Petral belum sepenuhnya bubar karena upaya likuidasi belum rampung. Pertamina masih harus menagih piutang anak usaha Petral, Pertamina Energy Service (PES), di Singapura. Untuk hal ini, perseroan menggandeng Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam penataan aset serta piutang PES.
Efisiensi juga diperoleh dari pengadaan produk non-hidrokarbon sebesar Rp 2 triliun. Program Pembenahan Tata Kelola Arus Minyak (PTKAM) 0,2 sebesar Rp 1,4 triliun. Penghematan sektor hulu sebesar Rp 7,8 triliun serta inisiatif direktorat lainnya US$ 1,28 triliun.
Pertamina juga mencatat penghematan dari migrasi konsumsi BBM serta optimalisasi penggunaan kapal dan angkanya mencapai Rp 2,4 triliun. "Tahun depan, efisiensi bisa lebih besar lagi," kata Arief.
ROBBY IRFANY