Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penghematan, Electronic City Bangun Gudang Besar di Bogor  

image-gnews
Seorang pengunjung melintas didepan produk elektronik di Electronic City, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jakarta, 31 Januari 2016. Gabungan Pengusaha Elektronik menargetkan dapat melebihi target pada tahun lalu yang nilainya sekitar Rp 36,8 triliun. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Seorang pengunjung melintas didepan produk elektronik di Electronic City, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, Jakarta, 31 Januari 2016. Gabungan Pengusaha Elektronik menargetkan dapat melebihi target pada tahun lalu yang nilainya sekitar Rp 36,8 triliun. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - PT Electronic City Indonesia Tbk berencana menutup empat gudang dan menggantinya dengan satu gudang seluas 15 ribu meter persegi di daerah Citereup, Bogor, Jawa Barat. Direktur Keuangan Perusahaan I Made Agus Dwiyanto mengatakan pemusatan tempat penyimpanan dalam satu gudang itu dilakukan untuk mengefisienkan pengeluaran perusahaan dalam rangka meningkatkan performa di 2016.

Menurut Made, perusahaannya telah membeli sebidang tanah seluas 19.750 meter persegi di Citereup untuk membangun gudang pusat atau warehouse. “Kami akan mengadakan penghematan di sana, untuk pemenuhan stok yang ada di daerah-daerah,” ujarnya saat ditemui seusai pelaksanaan rapat umum pemegang saham terbatas di Hotel Borobudur, Kamis, 30 Juni 2016.

Made menuturkan, gudang itu saat ini masih dalam proses pembangunan. Diperkirakan akan selesai pada Desember 2016, dan siap untuk dioperasikan pada Maret 2017. Adapun nilai investasi yang dihabiskan untuk membangun gudang itu sebesar Rp 100 miliar, dan dana berasal dari hasil penawaran umum saham perdana (IPO) Electronic City pada Juni 2013.

Sebelumnya, emiten berkode ECII itu telah mencatatkan saham perdananya di bursa efek pada 3 Juli 2013 dengan total 1,33 miliar saham. Efek yang dicatatkan itu terdiri atas saham perusahaan sebanyak 1 miliar dan saham dari hasil IPO sebesar 333,3 juta unit. Selama IPO perseroan meraup dana 1,34 triliun pada harga penawaran Rp 4.050 per unit.

Namun, performa keuangan Electronic City mengalami penurunan pada 2015 terbukti dari jumlah pendapatan yang mengalami penurunan 20,04 persen dari Rp 2,27 triliun di 2014 menjadi Rp 1,78 triliun di 2015. Penurunan ini seiring dengan penurunan daya serap pasar elektronik 20-30 persen, tergantung pada kategori produk.

Karena itu untuk meningkatkan efisiensi, Electronic City menutup gudang mereka di wilayah Jabotabek, yakni di Jakarta; Klender, Jakarta; Cibinong, Bogor; dan Curug, Tangerang. “Nanti empat gudang itu disatukan semuanya di satu tempat, jadi lebih efisiensi, akan mengurangi biaya,” ujar Made.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, Made enggan menyebutkan berapa jumlah penghematan yang akan mereka dapatkan untuk menyatukan keempat gudang tersebut. “Nanti kami hitung. Itu lumayanlah, tapi kalau gudang penghematan cukup besar. Sekarang kami ada sebelas gudang, meski harga sewa gudang enggak semahal harga sewa gerai di toko,” ujar Made.

Selain untuk meningkatkan efisiensi, Made berharap pembangunan gudang itu nantinya juga tidak akan membebani laba perusahaan mereka. Saat ini Electronic City memiliki total 69 gerai yang tersebar di beberapa pusat perbelanjaan serta sebelas gudang di Indonesia. Untuk mengejar penurunan laba, mereka juga terus selektif me-review gerai perusahaan yang tidak dapat mencapai target yang telah ditentukan.

“Artinya kalau rugi, kami harus tutup. Itu setiap kuartal akan kami review. Di situ kami melakukan penghematan biaya,” ujar Made.

DESTRIANITA KUSUMASTUTI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Prediksi Ritel Tumbuh 4,2 Persen hingga Akhir 2023, Aprindo: Kalau Suasana Kondusif

16 November 2023

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey saat ditemui di Hypermart Puri Indah, Jakarta Barat pada Rabu, 8 Februari 2023. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Prediksi Ritel Tumbuh 4,2 Persen hingga Akhir 2023, Aprindo: Kalau Suasana Kondusif

Aprindo memprediksi pertumbuhan usaha ritel nasional tumbuh hingga 4,2 persen hingga akhir tahun.


Alasan 7 dari 10 Konsumen Pilih Belanja Langsung dan Daring

13 Maret 2023

Ilustrasi belanja / masyarakat kelas menengah.  ANTARA/Puspa Perwitasari
Alasan 7 dari 10 Konsumen Pilih Belanja Langsung dan Daring

Penelitian mencatat tujuh dari 10 konsumen di kawasan Asia Pasifik cenderung memilih berbelanja secara daring sekaligus datang ke gerai.


29 Bank Masuk BI Fast, Mewakili 87 Persen Sistem Pembayaran Ritel Nasional

29 November 2022

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Menurut pengamatan bank sentral, inflasi pada tahun 2022 akan berada di kisaran 4,2 persen yoy. TEMPO/Tony Hartawan
29 Bank Masuk BI Fast, Mewakili 87 Persen Sistem Pembayaran Ritel Nasional

Bank Indonesia (BI) mengumumkan ada jumlah peserta BI Fast kini bertambah sebanyak 29 bank.


Tips buat yang Ingin Merintis Bisnis Ritel

13 November 2021

Ilustrasi pertokoan atau pusat perbelanjaan di Jakarta. ANTARA/Galih Pradipta
Tips buat yang Ingin Merintis Bisnis Ritel

Bisnis ritel menjadi salah satu usaha yang diminati karena biasanya menjual berbagai kebutuhan primer dan langsung kepada konsumen.


Ini Bedanya Alfamart dan Indomaret

12 September 2021

Minimarket Alfamart dan minimarket Indomaret. TEMPO/Prima Mulia
Ini Bedanya Alfamart dan Indomaret

Kerap bersebelahan, ini beberapa perbedaan antara Alfamart dan Indomaret


Mau Terjun ke Usaha Ritel, Jangan Lupa Perhatikan Tren

7 Maret 2021

Ilustrasi bisnis online. shutterstock.com
Mau Terjun ke Usaha Ritel, Jangan Lupa Perhatikan Tren

Salah satu industri yang paling terpengaruh oleh tren terkait pandemi adalah ritel. Simak tips agar bisnis ini bisa bertahan.


Gara-gara Banjir, Peritel Sulit Capai Target Omzet

3 Januari 2020

Pedagang mengevakuasi barang dagangannya yang terendam banjir di Mal Cipinang Indah, Jakarta Timur, Rabu, 1 Januari 2020. Banjir tersebut akibat luapan sungai Sunter dan tingginya intensitas curah hujan sejak Selasa malam, 31 Desember 2019. ANTARA/Galih Pradipta
Gara-gara Banjir, Peritel Sulit Capai Target Omzet

Banjir besar di beberapa wilayah Jabodetabek membuat pengusaha ritel mengeluh rugi dan omzet penjualan melorot.


11 November Diusulkan Menjadi Hari Ritel Nasional

12 November 2019

Pembeli memilih barang belanjaan di Giant Ekspres Mampang Prapatan, Jakarta, Ahad, 23 Juni 2019.Toko ritel Giant Ekspress menggelar diskon penutupan gerai di sejumlah tokonya hingga 28 Juli 2019 mendatang. TEMPO/Muhammad Hidayat
11 November Diusulkan Menjadi Hari Ritel Nasional

Aprindo mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan 11 November sebagai Hari Ritel Nasional.


Prospektif, Peritel Indonesia Ingin Ekspansi ke Vietnam

24 Oktober 2019

Logo perusahaan fashion asal Swedia H&M di pertokoan Wina, Austria, 1 Oktober 2016. [REUTERS/Leonhard Foeger]
Prospektif, Peritel Indonesia Ingin Ekspansi ke Vietnam

Sejumlah minimarket atau convenience store nasional punya keinginan untuk berekspansi ke Vietnam.


Yakin Tumbuh 10 Persen, Pengusaha Ritel Andalkan Ini

2 Oktober 2019

Suasana toko ritel Giant Ekspres saat menggelar diskon penutupan gerai di Mampang, Jakarta Selatan, Ahad, 23 Juni 2019. Tempo/Hendartyo Hanggi
Yakin Tumbuh 10 Persen, Pengusaha Ritel Andalkan Ini

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menargetkan pertumbuhan industri ini dapat lebih baik dibandingkan tahun lalu yang sebesar 10 persen.