TEMPO.CO, Jakarta - Lonjakan harga gula pasir yang mencapai Rp 15 ribu perkilogram saat ini diyakini karena keberadaan stok gula di pasaran yang mulai menipis. Hal ini dikatakan General Manager Pabrik Gula Jatiroto, Setyo Narwanto yang merupakan anak perusahaan PTPN XI.
Selain karena stok di pasaran yang sudah mulai menipis lantaran banyak pabrik gula yang belum buka giling, Setyo mengatakan ada juga pengaruh dari penurunan produksi di tingkat internasional.
Baca juga:
Karyawati Diperkosa & Dibunuh: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu
Karyawati Diperkosa & Ditusuk Gagang Cangkul: Inilah 3 Setan Pemicunya
"Beberapa media internasional melaporkan bahwa terjadi penurunan produksi cukup signifikan. Di pasar dunia sendiri terjadi penurunan produksi gula," kata Setyo. Persediaan gula di gudang PG Jatioroto sendiri bahkan sudah habis.
"Bisa jadi karena pengaruh permintaan dan persediaan. Ditambah juga sentimen menjelang puasa Ramadan serta lebaran," katanya. Di hampir setiap pabrik gula rata-rata sudah mulai kosong. Dan PG Jatiroto sendiri baru akan buka giling pada 10 Juni 2016 mendatang dengan kapasitas giling 6000 ton perhari selama 167 hari. Setyo mengatakan kapasitas giling dengan perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan, diharapkan bisa mencapai 6.500 ton perhari.
Total total tebu yang akan giling sekitar 1.050.000 ton. Tebu yang akan digiling selain milik sendiri juga tebu rakyat. Produksi gula PG Jatiroto diproyeksikan sekitar 150 ribu ton. Ihwal kelangkaan stok gula ini, kata Setya, di tingkat nasional sudah ada Perusahaan Perdagangan Indonesia yang mempunyai tugas untuk menjaga stok gula di pasar. Beberapa pabrik sudah ada yang giling. Beberapa pabrik di internal PTPN XI akan mengawali giling kisaran 30 Mei 2016.
"Sehingga diharapkan sudah ada stok gula masuk ke pasar," katanya. Melihat kondisi pasar, maka lelang bisa segera dilaksanakan. Ihwal kebijakan impor gula, Setyo, enggan berkomentar banyak. "Banyak persoalan ketika bicara importasi gula, pertama suplai demand dan pengaruh pasar global," kata dia.
Sementara itu, lonjakan harga gula yang mencapai Rp 15 ribu perkilogram ini juga membuat gerah asosiasi petani tebu. Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sumitro Samadikun mengatakan harga tersebut terlalu mahal. "Masyarakat belum siap dengan harga setinggi itu," kata Sumitro.
Yang dikhawatirkan APTRI, adalah ketika harga gula semakin melonjak kemudian diikuti dengan pemerintah mengeluarkan kebijakan yang berpotensi merugikan petani, yakni impor gula. "Bulan kemarin, pemerintah telah mengijinkan PT Perusahaan Perdagangan ndonesia (PPI) untuk mengimpor gula yang tujuannya menstabilisasi harga gula," katanya. Dia mengatakan, mengapa kemudian harga gula justru malah mengalami lonjakan.
DAVID PRIYASIDHARTA
Baca juga:
Karyawati Diperkosa & Dibunuh: 31 Adegan, Pelaku Sempat Bercumbu
Karyawati Diperkosa & Ditusuk Gagang Cangkul: Inilah 3 Setan Pemicunya