TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian, seperti beras. Peningkatan produksi beras dengan meluaskan lahan pertanian bukanlah pilihan.
"Jadi lupakan konsep membikin rice estate di Papua," katanya dalam sambutan di acara ulang tahun Perum Bulog ke-49, Selasa, 10 Mei 2016, di kantor Bulog, Jakarta.
Kalla mengatakan lahan pertanian tidak mungkin diperbesar karena akan membuat masalah lingkungan seperti mutu air yang buruk. Selain itu, ongkos merestorasi akan jauh lebih mahal, yakni 10 kali lipat dibanding awalnya.
Menurut dia, masalah distribusi yang dihadapi Bulog adalah adanya ketidakseimbangan penduduk dan lahan. "Sebanyak 160 juta penduduk ada di jawa, beras seharusnya dibangun di luar, misalnya di Papua, tapi tidak mudah," Kalla berujar.
Baca: Lion Air Delay, Penumpang Hampir Adu Jotos dengan Petugas
Keinginan membuat Papua menjadi lumbung beras pernah tercetus pada tahun 2006. Saat itu pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menggulirkan Merauke Integrated Rice Estate (MIRE).
Pada 2010, program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) diresmikan saat pemerintahan SBY. Program ini diharapkan bisa menjamin ketahanan pangan dan energi dalam negeri.
Presiden Joko Widodo mempunyai mimpi yang sama. Pada kunjungannya ke Merauke Mei tahun lalu, Jokowi mengatakan pemerintah akan menghidupkan lagi rencana melakukan konversi lahan seluas 1,2 juta hektare milik warga adat setempat untuk program MIFEE.
Kalla mengatakan membuat lumbung padi di Papua justru akan membuat ongkos logistiknya lebih mahal. "Karena pulang perginya lebih mahal dibandingkan harga berasnya itu sendiri," kata Kalla.
Simak: Dukung Industri Film, Cianjur Segera Punya Bioskop
Selain itu, Kalla melanjutkan, Papua hanya dibutuhkan perkebunan jangka panjang, bukan persawahan dengan tanaman semusim karena tidak cocok dengan karakter warga setempat. "Sebab, persawahan membutuhkan budaya bertanam yang tidak dimiliki warga Papua."
Keinginan membuat lumbung beras ini membuat PT Medco Papua pernah membeli lahan 2 ribu hektare untuk areal persawahan.
Kalla mengatakan pembelian lahan 2 ribu hektare itu adalah tahap percobaan dari rencana membuka areal sawah ratusan hektare. "Medco baru tahap percobaan dan itu sebenarnya tidak berjalan dengan baik, karena faktor logistiknya yang sulit," kata Kalla.
AMIRULLAH