INFO BISNIS - Untuk keenam kalinya, GTR Indonesia Trade & Commodity Finance Conference (Konferensi Perdagangan & Pembiayaan Komoditas Indonesia) yang dilaksanakan di Grand Hyatt Hotel Jakarta pada 19 April 2016 menjadi sarana untuk menakar kondisi ekonomi Indonesia. Bertindak sebagai keynote speaker, Head of Mandiri Institute Moekti Prasetiani Soejachmoen memberikan beberapa insight mengenai potensi dan tantangan ekonomi Indonesia.
“Konferensi ini adalah ajang untuk gain more knowledge about Indonesia market dan Bank Mandiri sangat mendukung event seperti ini,” ujar Moekti di hadapan ratusan peserta dari berbagai negara.
Baca Juga:
Menilik lebih dalam, Moekti Soejachmoen menyatakan bila turunnya harga komoditas di pasar dunia berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. Ekspor Indonesia yang didominasi komoditas dan raw material terkena imbas besar karena turunnya harga minyak bumi, minyak kelapa sawit, batu bara, hingga karet. Namun, lanjut Moekti, pada kuartal keempat 2015 ekonomi Indonesia mengalami peningkatan yang dipicu oleh peningkatan goverment spending dan masuknya investasi asing, meskipun private consumption masih menjadi kontributor terbesar.
Pemerintah merespon lambatnya pertumbuhan ekonomi dengan meluncurkan 10 paket stimulus ekonomi di berbagai sektor, mulai dari sektor pajak hingga penyederhanaan proses birokrasi investasi, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Mandiri Institute sebagai think tank Bank Mandiri turut membantu menyediakan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah dalam membangun industri keuangan yang efektif dan efisien.
Perlambatan ekonomi Cina yang mempengaruhi ekonomi global dilihat Moekti sebagai peluang Indonesia untuk menumbuhkan ekspor. ”Cina mengubah strategi ekonominya dari investment-led growth menjadi consumption-led growth. Hal ini mengindikasikan impor Cina akan shift dari raw material ke consumption goods dan final goods. Ini kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Cina, apalagi pasar di Cina sangat besar,” ucap Moekti.
Baca Juga:
Dalam diskusi lainnya, panelis dari Bank Mandiri menekankan perlunya inovasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh Bank Mandiri untuk mendukung transaksi nasabah adalah dengan penyediaan platform Electronic Invoice Presentment and Payment (EIPP). “Jadi ini adalah pertukaran invoice secara digital antara pembeli dan penjual melalui teknologi finansial (fintech),” kata Andrianto Wahyu Adi, Senior Vice President – Project Head of Transaction Banking, Bank Mandiri.
Inovasi lain yang dilakukan Bank Mandiri untuk meningkatkan ekspor adalah dengan mengubah approval sistem untuk penyediaan fasilitas ekspor bagi nasabah dari model traditional loan (asset-based) menjadi transaction-based lending. “Contohnya, bila sebuah perusahaan sudah dua tahun berturut-turut melakukan ekspor, maka bisa kami berikan limit untuk menegosiasi atau mendiskonto wesel ekspornya berdasarkan transaction-based lending. Dengan transaction-based lending penyediaan limit untuk nasabah dapat dilakukan jauh lebih cepat karena tidak perlu four-eye dengan unit risk management,” tutur Andrianto.
Selain itu, untuk mendukung transaksi ekspor dan impor, Bank Mandiri memberikan solusi cepat dan mudah untuk pembayaran tagihan di pelabuhan. Pembayaran yang dilakukan secara elektronik ini bisa dipakai membayar jasa kontainer, jasa kapal dan bongkar muat, serta pembayaran pajak. Bank Mandiri bekerja sama dengan Pelindo I-IV untuk mempermudah pembayaran tagihan di pelabuhan. (*)