TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral belum merencanakan perubahan asumsi lifting minyak bumi dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (RAPBN-P 2016).
Menteri Energi Sudirman Said memprediksi realisasi lifting tidak akan terlalu jauh dari target. "Rencana yang saat itu kami susun memang lebih realistis," ujar Sudirman di kantor Kementerian Energi, Jumat, 19 Februari 2016.
Asumsi lifting minyak tercatat dalam APBN 2016 sebesar 830 ribu barel per hari. Sedangkan dalam rencana kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang dikumpulkan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), lifting ditargetkan sebesar 827.800 barel per hari.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan lifting bakal ditopang sejumlah proyek minyak strategis, seperti proyek Banyu Urip Blok Cepu oleh ExxonMobil Cepu Limited. Lapangan ini mencapai puncak produksi hingga 165 ribu barel per hari pada kuartal I tahun ini.
Meski begitu, Sudirman merencanakan usul revisi asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dari yang dipatok saat ini sebesar US$ 50 per barel. Namun usul yang pasti masih tahap pembahasan. "Ada kalkulasi kurs dan seberapa beban impor. Biar Kementerian Keuangan yang menghitung," kata Sudirman.
Diketahui ICP rata-rata Januari 2016 anjlok sebesar US$ 27,49 per barel. Harga tiarap melampaui 20 persen dibanding rata-rata ICP Desember sebesar US$ 35,47 per barel.
Wakil Kepala SKK Migas Dzikurullah justru mengatakan penurunan ICP bakal membuat produksi anjlok. Jika asumsi rata-rata ICP mencapai US$ 30 per barel, produksi minyak tahun 2016 diprediksi Dzikrullah bakal melorot hingga 753,4 ribu barel per hari. "Situasi penurunan ini sangat mengkhawatirkan," tutur Dzikrullah, awal Februari lalu.
ROBBY IRFANY