TEMPO.CO, Jakarta - Analis Ekonomi dari First Asia Research David Sutyanto mengatakan, pada perdagangan pasar modal hari ini indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi dan berpeluang rebound terbatas. Itu karena rendahnya kekhawatiran anjloknya harga komoditas setelah harga minyak rebound tadi malam.
"IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 4340 hingga 4410. Saham-saham berbasiskan komoditas berpeluang mengalami technical rebound," kata David Sutyanto dalam siaran tertulisnya pagi ini, Selasa, 15 Desember 2015.
Seiring meningkatnya risiko pasar global dan emerging market, kemarin IHSG kembali ditutup di teritori negatif, tapi berhasil mengurangi koreksi di akhir sesi. IHSG setelah sempat terkoreksi 48,223 poin di sesi pertama, akhirnya ditutup hanya koreksi 19,331 poin atau 0,44 persen di angka 4374,191.
Sejumlah saham unggulan, seperti Astra International Tbk (ASII) dan Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berhasil rebound. Koreksi IHSG masih didominasi aksi jual pemodal asing yang tercermin dari penjualan bersih asing kemarin yang mencapai Rp 467,19 miliar.
Kemarin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di Rp 14.076 (kurs Jisdor), melemah 1 persen dari akhir pekan lalu di Rp 13.937.
Pelemahan rupiah turut dipicu akibat anjloknya harga obligasi pemerintah Indonesia di tengah kekhawatiran merosotnya harga komoditas, kenaikan tingkat bunga AS, dan kebijakan Cina melemahkan mata uang Yuan. Yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun kemarin naik 28 bp ke 9 persen. "Ini kenaikan tertinggi sejak Januari 2014," ujar David.
Meningkatnya risiko capital outflow turut menekan rupiah atas dolar AS sejalan dengan pelemahan mata uang emerging market terhadap dolar AS menjelang pertemuan The Fed pada tanggal 15 hingga 16 Desember pekan ini.
Wall Street tadi malam berhasil berbalik arah menguat setelah akhir pekan lalu drop di atas 1,8 persen. Indeks DJIA dan S&P masing-masing menguat 0,60 persen dan 0,48 persen, tutup di 17368,50 dan 2021,94.
Penguatan terutama ditopang oleh saham energi setelah harga minyak mentah berhasil rebound 1,74 persen di harga US$ 36,24 per barel, tapi penguatan itu juga masih dibayangi kekhawatiran kenaikan bunga dan perlambatan ekonomi global.
DESTRIANITA K.