TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kinerja logistik Indonesia saat ini berada di posisi 53 dunia. Posisi ini tertinggal dari sejumlah negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand. “Indonesia sedikit lebih baik dibanding India, beda tipis bahkan hampir-hampir tidak berbeda,” kata Darmin dalam paparan Tempo Economic Briefing di Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Selasa, 17 November 2015.
Darmin menuturkan, logistik merupakan gabungan dari banyak hal, yang terlihat sederhana tetapi sebetulnya banyak komponennya yang sulit untuk dikelola. Untuk menghitung skor posisi kinerja logistik, terdiri dari gabungan sistem kepabeanan, infrastruktur, international shipment (angkutan barang), kompetensi logistik, dan timeline. “Ada begitu banyak, maka tidak heran kalau butuh banyak hal yang harus dilakukan agar mencapai perbaikan yang berarti,” katanya.
Darmin menuturkan, terdapat sejumlah prosedur dalam sistem logistik yang harus disederhanakan. “Kita sebenarnya sedang mencari terobosan untuk keluar dari hal yang complicated,” kata Darmin sembari menambahkan pemerintah mencoba fokus mendorong penyederhanaan tersebut. Salah satunya dengan membangun tidak hanya kawasan berikat dan industri, tetapi juga kawasan logistik berikat dengan berbagai fasilitas serta kawasan ekonomi khusus (KEK) yang masuk dalam paket kebijakan beberapa waktu lalu.
Darmin menyoroti perubahan sistem pemberitahuan ekspor barang (PEB) dari freight on board (FOB) menjadi term of delivery cost, insurance, & freight (CIF). “Ini tidak mudah mengubahnya, karena dibutuhkan sarana, kompetensi, dan masih banyak hal lain,” kata Darmin.
Adapun dalam FOB, menganut sistem di mana ketika melakukan pembelian barang semua biaya pengiriman, asuransi, dan harga barang dibayarkan importir setelah kapal sampai atau di pelabuhan bongkar di negara tujuan. Sedangkan sistem CIF adalah sistem pembelian barang, biaya pengiriman, asuransi, dan harga barang dibayarkan sebelum kapal berangkat atau di pelabuhan muat.
Menurut Darmin, masih banyak hal yang harus dibenahi dalam sistem logistik Indonesia, khususnya untuk menunjang kinerja ekspor dan impor. “Ekspor kita sejak zaman merdeka peranan kita cuma sampai di pelabuhan, setelah itu tidak tahu lagi,” ujar Darmin.
Darmin mengatakan dengan sistem CIF, validitas dan akurasi data kegiatan ekspor akan tercatat dan dalam jangka panjang diharapkan akan mendorong pengembangan bisnis jasa transportasi dan asuransi di dalam negeri.
GHOIDA RAHMAH