TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Pedagang Pasar Seluruh Indonesia Hasan Basri mengklaim, sejak tiga bulan lalu, tidak ada pasokan beras kelas medium ke bawah. Sejak saat itu, masyarakat mendapatkan beras “rakyat” tersebut dari pasokan yang digelontorkan Perum Bulog.
Hal itu disampaikan untuk mengkritik pernyataan Menteri Pertanian yang mengklaim pasokan beras masih cukup. "Yang cukup itu asumsinya untuk beras medium ke atas, untuk yang Rp 10 ribu per kilogram itu cukup," kata dia di gedung Dewan Pers, Kamis, 12 November 2015.
Baca Juga:
Dengan absennya harga beras rakyat tersebut, kata dia, banyak spekulan yang memainkan harga beras medium atas. Sebab, hanya pasokan itulah yang dikuasai para pemain tersebut. Keuntungan penjualan beras sangat besar mengingat, jika harga naik Rp 100 saja, pengalinya ratusan ribu ton.
Untuk itu, dia sepakat dengan kebijakan pemerintah mengimpor beras sebanyak 1 juta ton. Di pasar, kata dia, sebagian besar masyarakat kelas bawah membutuhkan beras medium.
Agar pemerintah mencapai ketahanan pangan, dia menyarankan agar peran dan persentase penyerapan beras nasional oleh Bulog ditingkatkan dari 8 persen menjadi 50 persen. Selain itu, pemerintah diharapkan mampu mengontrol data pasokan beras saat ini. Pasokan beras yang masuk ke pasar tak hanya melalui pasar beras Cipinang, seperti zaman Soeharto, tapi juga bisa melalui berbagai tempat, termasuk beras selundupan yang berasal dari berbagai pelabuhan.
Di tempat berbeda, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan beras impor sudah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Ia mengatakan impor beras harus dilakukan demi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. "Yang paling penting, pemerintah menyiapkan cadangan nasional yang cukup," katanya di Istana Wakil Presiden, Rabu, 11 November 2015.
Menurut dia, impor beras tak mengingkari janji swasembada pangan yang dilontarkan Presiden Joko Widodo. "Program pemerintah swasembada kan nanti tiga tahun, bukan sekarang," ujarnya.
Kalla mengatakan beras impor sudah masuk di beberapa pelabuhan di Indonesia, seperti di Tanjung Priok dan Sulawesi Utara. "Ini demi menjaga harga beras tak naik," tuturnya.
ALI HIDAYAT