TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Bank Rakyat Indonesia (BRI) Mohammad Irfan mengatakan hingga September 2015 pihaknya telah menyalurkan kredit untuk nelayan dalam program Jangkau, Sinergi, Guideline (JARING) sebesar Rp 2,9 triliun. Adapun Rp 2,3 triliun merupakan nasabah kelas mikro, dengan total nasabah keseluruhan berjumlah 110 ribu nasabah dan rata-rata kredit per nasabah sekitar Rp 26 juta. "Kita ingin masuk ke sektor pembiayaan yang lebih besar," kata Irfan, saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa, 3 November 2015.
Ia menuturkan, komitmen pembiayaan sektor kelautan dan perikanan tersebut dilatarbelakangi masih besarnya potensi yang dimiliki sektor tersebut. Namun sayangnya, faktor pendukung infrastruktur masih belum siap, sehingga belum berjalan optimal, terutama karena kendala pembiayaan. "Oleh karena itu sektor keuangan harus bisa lebih serius membiayai, khususnya perbankan, agar sektor tersebut dapat terus berkembang," ujar Irfan.
Adapun kriteria nelayan yang dapat menjadi nasabah kredit BRI yang utama adalah tidak memiliki track record kredit bermasalah sebelumnya. "Pokoknya harus bersih dari catatan seperti itu," kata Irfan.
Selanjutnya, nelayan haruslah yang telah memiliki dan menjalankan usahanya, diprioritaskan untuk pengembangan atau peningkatan omzet dan penjualan. "Kredit itu bukan modal utama tapi tambahan modal usaha," tuturnya. Sehingga, nelayan tersebut memenuhi kriteria usaha layak dan sanggup memenuhi kewajiban pembayaran tanggungan kredit nantinya.
Jika nelayan tersebut masih berkategori belum memiliki akses perbankan (bankable), maka skema pembiayaan yang dapat diberikan adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Baik nelayan ataupun pengusaha nelayan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pembiayaan tersebut, asal sesuai dengan skema yang ada. "Kita kasih kredit sesuai kebutuhan dan kemampuan, kita enggak bisa juga kasih kredit ke nelayan yang belum punya alat produksi," ujar Irfan.
Adapun penyaluran kredit untuk sektor kelautan dan perikanan ini merupakan tindak lanjut dari program Jangkau, Sinergi, dan Guideline (JARING), yang diluncurkan Otoritas Jasa Keuangan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 11 Mei 2015, di Takalar, Sulawesi Selatan. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan akses masyarakat khususnya nelayan dan pengusaha nelayan terhadap jasa keuangan yang lebih luas, sehingga dapat lebih sejahtera.
Terdapat tujuh bank lainnya yang saat ini sudah berpartner untuk program tersebut selain BRI, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Bank Danamon Indonesia, Bank Permata, Bank Bukopin serta Bank Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulsebar).
Total pembiayaannya pada Desember 2014 mencapai Rp 10,8 triliun, dengan komitmen pertumbuhan pembiayaan hingga Desember 2015 sebesar Rp 7,2 triliun atau rata-rata tumbuh sebesar 66,2 persen dari total pembiayaan tahun lalu. Beberapa bank telah mencapai dan melebihi target penyaluran kredit adalah BRI, BTPN, dan BPD Sulselbar.
Pertumbuhan kredit sektor kelautan dan perikanan hingga September 2015 telah mencapai 12,4 persen (ytd). "Tahun depan ditargetkan pertumbuhannya bisa menembus 15 persen," kata Irfan lagi.
GHOIDA RAHMAH