TEMPO.CO , Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Badan Pusat Statistik (BPS) mengevaluasi pengumuman soal data produksi padi. Menanggapi arahan Wakil Presiden tersebut, Kepala BPS Suryamin mengatakan data produksi padi yang disebutkan sejumlah 75,55 juta ton merupakan data angka ramalan. “Untuk menghitung jumlah produksi padi, kami bekerja sama dengan Kementerian Pertanian,” katanya di Jakarta, Kamis, 1 Oktober 2015.
Suryamin menjelaskan basis data dan proses yang dijalankan BPS untuk mendapatkan angka produksi yang dimaksud. Produksi padi adalah hasil kali antara produktivitas dan luas panen. Sedangkan produktivitas dihitung dari survei ubinan.
Berdasarkan hasil hitungan kerja sama BPS dan Kementerian Pertanian di level kecamatan, didapatlah angka 5,2 ton per hektare. “Ini hasil berdua. Luas panen BPS diambil secara penuh dari hasil penghitungan KCB. Kalau menghitung sendiri, enggak ada tenaga soalnya. Jadilah 13, sekian juta,” katanya.
Dengan demikian, angka yang kemarin dirilis adalah hasil luas panen dari Kementerian Pertanian ditambah hitungan luas. “Persentase kami 25 persen saja dan kami yang bagian merilis. Dan itu yang riil dari Januari-April, tapi dengan metode eye estimate (sejauh mata memandang),” ucap Suryamin.
Selain itu, data yang dirilis kemarin belum memasukkan El Nno sebagai salah satu efek yang memberi dampak. “November kita akan rilis yang baru, sudah memasukkan El Nino dan data riil hingga September. Oktober-Desember masih forecast,” tuturnya.
INGE KLARA SAFITRI