TEMPO.CO, Jakarta - Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, mengaku keuntungan anggotanya berkurang 20 persen sejak harga kedelai naik. "Kenaikan harga kedelai impor dipengaruhi naiknya nilai tukar dolar Amerika Serikat," kata Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Kabupaten Bojonegoro, Arifin, di Bojonegoro, Sabtu, 19 September 2015.
Dia menyebutkan, harga kedelai impor yang semula Rp 6.700 per kilogram, naik menjadi Rp 8.100. Harga kedelai lokal yang semula Rp 6.200 naik menjadi Rp 6.600 per kilogram. "Kedelai impor selama ini menjadi bahan baku utama perajin dalam membuat tahu," kata Arifin. "Kenaikan harga kedelai mempengaruhi biaya produksi."
Menurut dia, perajin tahu dan tempe yang menjadi anggotanya dengan jumlah sekitar 150 perajin di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, tidak berani menaikkan harga jual kepada konsumen atau mengecilkan porsi. "Rata-rata perajin takut menaikkan harga penjualan, juga mengecilkan porsi, karena khawatir tidak laku," ujarnya.
Meski demikian, katanya, tingkat penjualan produksi tahu dan tempe di daerahnya masih tetap stabil. Dia mencontohkan dirinya masih mampu menjual tahu dengan bahan kedelai 1,5 kuintal dan tempe 25 kilogram per hari.
ANTARA