TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil punya harapan setinggi langit. Ia menargetkan membawa Kota Kembang menjadi salah satu kota berbasis inovasi sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo. Inilah yang menarik perhatian para pebisnis, tak terkecuali PT Summarecon Agung Tbk (Summarecon).
Summarecon merupakan satu di antara beberapa pengembang yang ingin ikut berpartisipasi dalam pembangunan Bandung Teknopolis. Di sanalah nanti tempat berkumpul anak-anak muda yang kreatif dan inovatif dengan didukung infrastruktur IT yang mutakhir.
Seperti halnya Jakarta, Bandung pun terus berkembang dan menjadi salah satu destinasi favorit di segala bidang. Bukan hanya pariwisata, kuliner, dan fashion. Bandung sudah menjadi destinasi, tak hanya dari Jakarta, tapi juga dari kota-kota lainnya.
“Bahkan penerbangan Air Asia dari Kuala Lumpur ke Bandung, saya dengar, sangat bagus perkembangannya,” kata Direktur Summarecon Adrianto P. Adhi.
Di mata Adhi, Bandung memiliki banyak potensi. Di sana, semua hal yang bernapaskan kreativitas tumbuh. Tak hanya pusat seni, kuliner, dan tekstil, sumber daya manusianya juga berkualitas, yang merupakan lulusan universitas favorit Kota Kembang.
Anak muda yang kreatif biasanya mampu menghasilkan bisnis yang stabil alias berkelanjutan. Kunci sukses mereka, jelas, inovasi yang dilakukan setiap saat. Dengan begitu, konsumen tak akan pernah bosan karena selalu mendapat hal-hal baru yang bermanfaat, terutama dari segi gaya hidup.
Sederet potensi inilah yang membuat Summarecon yakin keluar dari Jabodetabek dan menggarap gurihnya denyut bisnis di Bandung. Apalagi Wali Kota Bandung melapangkan jalan dengan membangun Bandung Teknopolis. Dijamin, sumbu inovasi di Kota Kembang tak akan pernah lekang ditelan zaman.
“Makanya, Kota Summarecon Bandung yang kami kembangkan menjadi bagian dari Bandung Teknopolis. Kami juga fokus ke lokasi itu. Semua menyatu dengan rencana pengembangan Kota Bandung,” ujarnya.
Dalam pembangunan daerah, ujar dia, yang tak kalah penting adalah kesamaan pemahaman antara swasta dan birokrat. Agung mencontohkan hubungan yang harmonis antara Summarecon Bekasi dan Pemerintah Kota Bekasi. Pola serupa diterapkan Summarecon Serpong.
“Kita masuk ke Bekasi, kami membangun flyover. Itu murni investasi dari kami. Tapi kami tidak menjadikan flyover itu eksklusif untuk penghuni Summarecon saja, tapi juga untuk masyarakat umum yang keluar-masuk Bekasi,” katanya.
Pemerintah daerah memang tak boleh alergi bekerja sama dengan investor swasta. Hal ini penting guna menyiasati minimnya dana pembangunan daerah. Apalagi jika kerja sama itu berdampak bagus untuk perekonomian setempat, misalnya membuka banyak lapangan kerja baru, akses transportasi, dan permukiman.