TEMPO.CO, Jakarta - Mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai keterpurukan ekonomi yang dialami Indonesia tahun ini berbeda dengan krisis pada 1998 dan 2008. Karena itu, dia mengatakan berlebihan jika ada yang menyebut situasi ekonomi sekarang bakal melecut terjadinya krisis separah 1998.
“Rasanya berlebihan kalau bulan depan kita dibilang akan jatuh seperti pada 1998,” kata Yudhoyono saat ditemui di kediamannya di Cikeas, Rabu, 26 Agustus 2015.
Menurut Yudhoyono, kondisi politik saat ini bisa dibilang lebih baik dibandingkan dengan 1998. Pada 2015, ucap dia, parlemen, rakyat, dan pers cenderung lebih “sabar” pada Presiden Joko Widodo. Sedangkan pada 1998, terjadi kegaduhan politik dari rakyat yang menghendaki mundurnya Soeharto sebagai presiden.
Kondisi pada 1998 masih diperparah oleh kurang baiknya respons kebijakan dan antisipasi pemerintah menyikapi faktor eksternal, yakni kejatuhan ekonomi Thailand. Juga saran dari Dana Moneter Internasional (IMF) kepada pemerintah Indonesia yang sebagian tidak tepat.
“Ketika ada faktor eksternal ditambah politik yang rapuh, ekonomi yang dulu kuat pun akhirnya jatuh,” ujar Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Hal itu beda pula dengan krisis 2008, ketika keterpurukan ekonomi Amerika Serikat merembet ke Eropa dan negara lain. Saat itu Yudhoyono mengambil langkah cepat demi mencegah faktor eksternal menyenggol Indonesia. Pun kondisi politik Indonesia ketika itu diklaim Yudhoyono cenderung stabil, kendati ia melulu memanen kritik dari pers dan masyarakat. Walhasil, Indonesia pun selamat dari ancaman krisis ekonomi.
Sedangkan pada 2015, kondisi politik Indonesia dianggap Yudhoyono lebih baik dibandingkan dengan 1998 dan 2008. “Fundamental kita sekarang lebih bagus, tapi memang ada faktor-faktor yang bisa berubah dengan cepat,” tuturnya.
Karena itu, menurut Yudhoyono, Presiden Joko Widodo perlu ambil langkah strategis guna meminimalkan dampak negatif faktor eksternal. Misalnya, memberi insentif perusahaan-perusahaan yang nyaris kolaps demi mencegah kian bertambahnya angka pengangguran serta membikin kebijakan untuk mengontrol inflasi dan harga. “Saya enggak menyalahkan Pak Jokowi, tapi sekarang ini yang dibutuhkan adalah kebijakan, solusi, tindakan, dan kepemimpinan yang pas. Jadi, kalaupun Indonesia terkena faktor eksternal, tidak terlalu dalam kenanya,” kata Yudhoyono.
Baca wawancara selengkapnya dengan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono di majalah Tempo edisi 31 Agustus 2015.
ISMA SAVITRI