TEMPO.CO, Bojonegoro - Warga Bojonegoro dan Tuban, Jawa Timur, beralih mengkonsumsi ikan sebagai lauk-pauk sehari-hari karena tak mampu membeli daging sapi yang harganya menyentuh Rp 100 ribu per kilogram.
Lauk ikan itu diselang-seling dengan telur ayam. “Harganya relatif murah, masih terjangkau,” ujar Ny Susanto, 47 tahun, ibu rumah tangga warga Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro, Senin, 10 Agustus 2015.
Harga ikan air tawar masih mampu dibeli oleh masyarakat berpenghasilan pas-pasan. Harga lele, misalnya, Rp 20 ribu per kilogram. Adapun nila Rp 24 ribu per kilogram, patin Rp 21 ribu per kilogram, bawal Rp 20 ribu per kilogram, dan tawas Rp 16 ribu per kilogram. Hanya ikan gabus yang masih tinggi, yaitu Rp 50 ribu per kilogram.
Harga ikan air tawar tersebut hampir sama dengan ikan laut. Ikan kuning, misalnya, harganya Rp 22 ribu per kilogram, bandeng Rp 22 ribu per kilogram, tongkol Rp 24 ribu per kilogram, dan tenggiri Rp 30 ribu per kilogram. Harga daging ayam pedaging juga masih relatif stabil, yaitu Rp 33 ribu per kilogram. Sedangkan ayam kampung Rp 53 ribu per kilogram.
Di Pasar Soko, Tuban, warga juga banyak beralih ke gabus dan nila. Harga gabus dan nila bahkan sempat naik akibat banyaknya permintaan. Harga gabus dari sebelumnya Rp 45 ribu naik menjadi Rp 50 ribu per kilogram. “Ikan air tawar laris manis," kata seorang pedagang ikan air tawar keliling.
Kepala Seksi Usaha dan Swadaya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro Didik Hari Supriyadi membantah harga daging sapi di Bojonegoro melonjak. Menurut dia, kenaikan harga daging sapi masih wajar dan tidak sedrastis di Jakarta ataupun Bandung. “Karena kami di daerah bisa memenuhi kebutuhan sendiri,” tuturnya.
Saat ini harga daging sapi di Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp 120 ribu per kilogram. Tingginya harga daging sapi membuat sejumlah pedagang di pasar tradisional Jakarta, Bogor, dan Bandung memutuskan tidak berjualan.
SUJATMIKO