TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 102 kabupaten di Indonesia mengalami kekeringan karena ketersediaan air yang tidak mencukupi serta akibat musim kemarau.
Kepala Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kebutuhan air di wilayah tersebut mengalami defisit sekitar 20 miliar meter kubik untuk waktu yang sudah cukup lama. "Saat ini kekeringan telah melanda 16 provinsi yang meliputi 102 kabupaten-kota dan 721 kecamatan di Indonesia hingga akhir Juli 2015," kata Sutopo di Jakarta, Sabtu, 1 Agustus 2015.
Ke-16 provinsi tersebut adalah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bengkulu, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Juga Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, serta Bali.
"Kekeringan paling banyak terjadi di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, dan Bali," ujarnya.
Kekeringan tersebut juga berdampak pada 111 ribu hektare lahan pertanian dan diperkirakan kondisi tersebut semakin meluas.
Sutopo menjelaskan bahwa kondisi kekeringan di Tanah Air sebenarnya sudah terjadi sejak lebih dari satu dasawarsa lalu. "Bahkan, berdasarkan kajian Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) pada 2003, ada 92 kabupaten-kota di Pulau Jawa yang mengalami defisit air selama 1-8 bulan, 38 di antaranya mengalami defisit air lebih dari enam bulan setiap tahun. Itulah yang menyebabkan kekeringan pasti terjadi," tutur Sutopo.
Adapun Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pembangunan waduk di berbagai daerah merupakan hal yang penting untuk mengatasi kekeringan. Dengan demikian, proses—baik pembangunan maupun pengisiannya—juga diharapkan jangan terhambat.
Salah satu pembangunan waduk yang dilakukan pemerintah saat ini adalah di Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. "Waduk Jatigede justru supaya jangan kekeringan," tutur Kalla.
Menurut Kalla, paradigma yang seharusnya tersebar di masyarakat adalah supaya jangan kekeringan maka dibutuhkan waduk, bukan sebaliknya.
ANTARA