TEMPO.CO, Pontianak – Perbedaan harga yang cukup jauh menyebabkan masyarakat perbatasan lebih memilih tabung gas Petronas ketimbang Elpiji dari Pertamina. Perbedaan harga per tabung 12 kilogram bisa lebih dari Rp 50 ribu.
“Harga gas Petronas RM30 atau Rp135 ribu. Sedangkan gas Indonesia Rp180 ribu sampai Rp200 ribu,” ucap Angku, salah seorang pemilik toko Kelontong di Pasar Entikong. Perbedaan ini jelas menjadi salah satu alasan, masyarakat perbatasan lebih memilih menggunakan gas Malaysia.
Agus Sukma (40) warga Balai Karangan, mengatakan, gas Petronas juga lebih banyak isinya ketimbang Elpiji. “Istri saya pakai Petronas bisa sampai sebulan, tetapi kalau lokal punya tidak sampai sebulan,” kata dia. Tak hanya itu, ketersediaan gas lokal pun tidak stabil. Bahkan bisa dibilang sering langka dari pasaran, tambah Agus.
Kepala Kepolisian Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Polisi Arief Sulistyanto mengatakan, pihak Polres dan Polsek sering melakukan operasi pasar bersama-sama pemerintah daerah setempat. “Kalau langka, harga bisa melonjak tinggi. Sampai Rp250 ribu per tabung,” ungkapnya. Ini salah satu penyebab orang berupaya membawa masuk tabung Petronas.
Sebelumnya, Kepolisian Sektor Sekayam di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat mengamankan 160 tabung gas Petronas asal Malaysia dari sebuah truk. Sedianya tabung gas tersebut akan dijual ke Sanggau. Truk dikemudikan oleh Fabianus, dengan Erwin dan Desan sebagai kondekturnya. Menurut pengakuan ketiganya, tabung gas tersebut milik Eko, warga Dusun Rangkang Kabupaten Bengkayang. Arief mengatakan, polisi sudah memanggil pemilik tabung gas tersebut, bekerja sama dengan Polres Bengkayang.
Kini barang bukti beserta pengemudi dan kondekturnya berada di Polres Landak, untuk menjalani serangkaian pemeriksaan. Pemilik tabung gas, terancam dijerat Undang – Undang pasal 62 ayat 1 Jo pasal 8 huruf (j) UU Ri no. 8 th 1999 ttg perlindungan Konsumen Jo, pasal 141 Undng Undang No. 7 th 2014 tentang perdagangan.
ASEANTY PAHLEVI