TEMPO.CO, Jakarta - Analis BNI Sekuritas, Thendra Chrisnanda, menyebut ada tiga faktor yang membuat indeks harga saham gabungan mengalami pelemahan selama tiga terakhir ini. Dua di antaranya, menurut Thendra, lebih pada faktor domestik.
"Pertama, massa merespon pelemahan proyeksi pertumbuhan Indonesia di kuartal I 2015 yang diestimasikan tumbuh di bawah 5 persen," kata Thendra kepada Tempo, Rabu, 29 April 2015.
BNI mengestimasikan pertumbuhan Indonesia hanya 4,9 persen. Dengan lambatnya pertumbuhan itu, menurut Thendra, akan mempengaruhi pendapatan emiten-emiten berpenghasilan besar, seperti Astra Internasional dan Semen Indonesia. "Astra Internasional turun 15 persen dan yang terbaru laba Semen Indonesia turun 9 persen," kata dia.
Adapun faktor ketiga, ujar Thendra, adalah isu politik, terutama rencana penarikan Duta Besar Australia untuk Indonesia. Namun isu tersebut tidak sedominan isu perlambatan pertumbuhan Indonesia. "Ini hanya menjadi bumbu-bumbu saja."
Meski IHSG terus mengalami penurunan, Thendra mengatakan, kondisi saat ini justru memberikan momentum kepada para investor untuk mengakumulasi saham-saham yang memiliki fundamental baik, contohnya BRI dan BNI. Dia merekomendasikan investor melakukan akumulasi secara bertahap.
Analis LBP Interprise, Lucky Bayu Purnomo, mengatakan pelemahan IHSG memberikan sentiman negatif bagi pasar untuk melakukan transaksi jangka menengah dan panjang. Dalam jangka pendek, menurut Lucky, IHSG masih cenderung melemah.
"Karena tekanan jual cenderung lebih besar dibandingkan dengan potensi untuk akumulasi beli, baik dalam sudut pandang transaksi harian, mingguan, hingga bulanan," kata Lucky.
IHSG kembali melemah selama tiga hari perdagangan terakhir setelah investor kian khawatir akan rilis kinerja emiten berkapitalisasi besar. Indeks yang terus tertekan aksi jual investor asing membuat indeks Rabu, 29 April 2015 ditutup anjlok 137 poin (2,6 persen) pada level 5.105.
Aksi jual asing, yang tercatat mencapai jumlah Rp 1,705 triliun, masih terkonsentrasi pada sektor saham perbankan. Tak ayal dalam perdagangan kemarin, saham BMRI, BBCA, BBRI, dan BBNI terekam mengalami koreksi lebih dari 2 persen.
Menurut Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, perlambatan kinerja sebagian emiten perbankan menyebabkan investor asing akhirnya cenderung menjual portofolio saham perbankan.
Namun, Satrio menyarankan agar investor mengabaikan aksi jual investor asing yang tengah berlangsung. Menurut data Universal Broker Indonesia, keberadaan dana asing yang masuk karena efek Jokowi, yang masih bernilai sekitar Rp 30 triliun, menjaga IHSG tidak terkoreksi secara signifikan.
Hari ini Satrio memprediksi IHSG akan bergerak pada level 5.050-5.150. “Secara teknis, dalam jangka pendek, titik support IHSG berada pada level 5.005,” ujar Satrio.
SINGGIH SOARES | MEGEL JEKSON (PDAT)