TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia kembali menunjukkan kenaikan tertinggi sejak empat bulan lalu. Hari ini, harga brent, jenis minyak kualitas terbaik acuan dunia, mencapai US$ 65 per barel. "Harga minyak akan terus merangkak," ujar analis perminyakan BMI Research, Shunling Yap, sebagaimana dilansir Reuters, Senin, 27 April 2015.
Kenaikan disebabkan oleh spekulasi akibat krisis politik di Timur Tengah. Selain itu, terkereknya harga juga karena berkurangnya produksi minyak di negara adidaya Amerika Serikat.
Saat ini, menurut analisis Goldman Sachs, penurunan produksi minyak AS mencapai sekitar 200 ribu barel per hari. Sebab, ada beberapa aktivitas eksplorasi beberapa sumur minyak yang dihentikan sementara (declining).
Penurunan bertujuan meningkatkan cadangan sebesar 280 ribu barel per hari pada tahun depan. Peningkatan tahun depan per bulan diprediksi lebih agresif ketimbang progres produksi tahun ini, yang hanya mencapai titik optimal pada kuartal keempat.
Sementara itu, konflik di Yaman yang memanas saat ini dianggap beberapa pengamat tidak begitu berpengaruh pada distribusi minyak Arab Saudi. Kenaikan harga minyak justru dipicu penurunan produksi minyak Libia. Penurunan disebabkan oleh sepinya aktivitas produksi ladang minyak Oilfeel, karena akhir-akhir ini petugas keamanan berdemonstrasi menuntut kenaikan upah.
Sejak akhir 2014, harga minyak dunia anjlok hingga 50 persen. Tiarapnya harga karena kelebihan produksi akibat negara-negara OPEC, terutama dari sekitar Jazirah Arab, ogah mengurangi produksi.
ROBBY IRFANY | REUTERS