Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Utama PT. Asean Aceh Fertilizer (AAF), Rauf Purnama meminta nasib karyawan didahulukan dalam proses penutupan AAF. Karena itu, pihaknya meminta pemegang saham untuk segera memutuskan nasib perusahaan pupuk yang sahamnya dikuasai beberapa negara Asia Tenggara tersebut. "Segera diputuskan saja, agar aset bisa segera dijual, dan dananya bisa digunakan untuk membayar karyawan,"katanya.Direksi PT. Pupuk Sriwijaya diinstruksikan untuk mengambil langkah penyelesaian dan pemberesan terhadap AAF, baik dari aspek operasional maupun legal. Perintah tersebut datang dari Deputi Menneg BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi Mahmuddin Yasin.Rauf mengaku sampai saat ini belum dipanggil oleh PT. Pusri(sebagai proxy pemegang 60 persen saham pemerintah)untuk membicarakan penutupan AAF. Keputusan penutupan pabrik yang berlokasi di Lhokseumawe, menurut Rauf tergantung keputusan pemegang saham AAF. Saham AAF dimiliki oleh beberapa negara. Selain Indonesia, saham di AAF dikuasai, Malaysia 13 persen, Filipina 13 persen, Thailand 13 persen, dan Singapura 1 persen. Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa pertengahan Juli lalu, pemegang saham tidak memutuskan nasib AAF.Direktur Jenderal Industri Agro, Kimia dan Hasil Hutan Departemen Peridustrian, Benny Wahyudi menyatakan setuju nasib karyawan didahulukan dalam proses penutupan pabrik AAF. Sampai saat ini, Benny mengaku belum mendapat laporan mengenai penutupan pabrik dengan kapasitas urea 570 ton per tahun ini.Namun, menurut Benny, pemerintah masih memiliki beberapa opsi penyelesaian AAF. "Selain penutupan, masih ada opsi lain misalnya menunggu pasokan gas,"katanya.Saat ini, menurut Rauf, terdapat 800 tenaga kerja tetap di AAF. Ketua Serikat Pekerja AAF Marwan Yahya menyampaikan besarnya formula pesangon pada Menteri BUMN, Rp. 340 miliar.Sutarto
Iklan
