TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah buku yang mengisahkan kesuksesan pendekatan ala Joko Widodo alias Jokowi dalam menyelesaikan proyek Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) diluncurkan, Jumat, 4 juli 2014, di Denpasar. Buku itu diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyelesaian proyek-proyek di daerah.
"Kehadiran Jokowi mengakhiri kebuntuan dari proyek yang sudah dikerjakan selama 16 tahun tapi berhenti karena masalah pembebasan tanah," kata Kristin Samad, penulis buku itu. Yang menarik, Jokowi mengakhiri kebuntuan itu dengan melakukan komunikasi dari hati ke hati, sehingga pembebasan lahan tak lagi identik dengan kesan yang menyeramkan.
Direktur PT Marga Lingkar Utara Anak Agung Ngurah Wirawan yang menjadi sumber utama buku ini menuturkan pengerjaan JORR memberi sejumlah pelajaran penting. Antara lain, perlunya keterlibatan pemerintah daerah dalam pengerjaan poyek pusat dan pengelolaannya, perlunya partisipasi kaum profesional pada perusahaan daerah, dan teknik pembebasan lahan yang mengedepankan komunikasi langsung dengan warga.
Selain faktor itu, ujar dia, dibutuhkan pola kepemimpinan baru yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. "Kalau di zaman Orde Baru, soal pembebasan lahan bisa dilakukan oleh pihak lain. Pemimpin tahunya terima bersih. Sekarang tidak bisa lagi," katanya, Sekarang pemimpin harus mau berdialog, bahkan dengan warga yang tak memiliki surat kepemilikan tapi hidup di atas tanah lokasi proyek.
Wirawan menyatakan, dalam pengerjaan proyek itu, dirinya sudah melewati masa tiga gubernur, yakni Sutiyoso, Fauzi Bowo dan Joko Widodo. Dari ketiganya, pendekatan Sutiyoso cenderung konseptual, sedangkan Fauzi Bowo mendekati masalah secara birokratis. "Kalau Pak Jokowi pendekatannya lebih person to person," tuturnya.
Jokowi suka turun langsung ke lapangan untuk mendengarkan suara masyarakat. Cara itu dipandang lebih efektif untuk menimbulkan kepercayaan masyarakat. Jokowi juga tak segan-segan memposisikan dirinya sebagai wakil pemerintah yang meminta bantuan masyarakat guna kepentingan yang lebih besar. Cara ini justru membuat masyarakat luluh sehingga bersedia menerima harga sesuai dengan perhitungan yang wajar.
ROFIQI HASAN