TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akhirnya menyepakati opsi pemberian keringanan bea keluar ekspor mineral untuk perusahaan yang sudah membangun unit pengolahan dan pemurnian hasil tambang (smelter). Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan berdasarkan hasil rapat koordinasi hari ini, tarif bea keluar akan disesuaikan dengan progres pembangunan smelter. (Baca: Soal Saham Freeport, Pemerintah Akhirnya Melunak )
"Jangan bicara keringanan. Itu insentif untuk smelter. Smelter makin maju berarti BK menyesuaikan dengan progres tersebut,' kata Bambang seusai rapat koordinasi mineral dan batu bara di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Rabu, 23 April 2014.
Bambang menegaskan, insentif itu bukanlah keringanan bea keluar. Menurut dia, hal itu merupakan insentif yang diberikan dengan penyesuaian tarif berdasarkan perkembangan pembangunan smelter. "Jadi itu harus dianggap sebagai insentif bagi pemerintah untuk mendorong (pembangunan) smelter," katanya. (Baca:Freeport dan Newmont Belum Kantongi Izin Ekspor)
Menurut Bambang, penyesuaian tarif tersebut hanya akan diberikan bila jaminan kesungguhan pembangunan smelter sudah ada. Dia tidak mau menyebut berapa keringanan yang akan diberikan. "Tidak usah nebak. Pokoknya ada lima tahapan, udah ada jaminan kesungguhan dan produksi," katanya. (Baca:Belum Bangun Smelter, Chatib Ogah Negosiasi )
Untuk pengawasan progres pembangunan smelter, Bambang mengatakan, tim yang melibatkan sejumlah kementerian dan tenaga independen akan dibentuk. "Kami melibatkan tenaga ahli untuk melihat apakah persentasenya sudah memenuhi aturan. Tim tersebut nanti akan melihat setiap komoditas smelter-nya," ujarnya.
Adapun Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar meminta agar pembahasan investasi tersebut tidak berlarut-larut. Menurut dia, komitmen perusahaan yang akan membangun smelter sudah cukup besar. "Tapi progres investasinya lambat," katanya. Menurut dia, keringanan bea keluar bisa diberikan dengan rumusan insentif yang lengkap. "Karena kita tidak ingin kehilangan momentum. Terlalu lama proses investasi, padahal yang minat sudah banyak." (Baca: Tiga Perusahaan Masuk Eksportir Mineral Terdaftar)
ANGGA SUKMA WIJAYA
Terpopuler
Rizal Djalil Terpilih Sebagai Ketua BPK
Efek Kasus Hadi, Saham BCA Turun 150 poin
BTN Dicaplok Mandiri, Pengusaha Properti Resah