TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan telah mengalokasikan anggaran stabilisasi harga bahan pokok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). (Baca : Masuk Masa Panen, Inflasi Maret Menurun ).
Menurut Hatta, anggaran yang dialokasikan melalui Kementerian Keuangan itu mencapai Rp 2 triliun. "Selama ini sudah disiapkan dan bisa digunakan setiap saat jika terjadi gejolak harga," kata dia kepada Tempo, Jumat, 4 April 2014. (Baca : Pangkas Kemiskinan Hingga 50 Persen, Ini Caranya ).
Hatta mengatakan penggunaan dana tersebut bisa diajukan oleh Kementerian Pertanian dan kementerian terkait dalam rapat di Kementerian Koordinator Perekonomian. Sebelum menggunakan dana tersebut, ada beberapa kriteria yang dipertimbangkan di antaranya penggunaan dana untuk menambah pasokan. "Praktik itu sudah dijalankan," ujar Hatta.
Seperti diberitakan sebelumnya, Organisasi Pangan Dunia (FAO) menyatakan harga pangan pada bulan Maret 2014 melonjak ke level tertinggi. Penyebabnya, faktor cuaca dan ketegangan politik di Ukraina.
Indeks harga FAO, yang mengukur perubahan harga bulanan dari sereal, produk susu, daging, dan gula, berada pada posisi 212,8 poin pada Maret ini, naik 4,8 poin atau 2,3 persen dibandingkan bulan Februari lalu. Angka ini yang tertinggi sejak Mei 2013. Selain cuaca, yang disebutkan sebagai faktor terpenting yang memengaruhi panen, aneksasi Crimea oleh Rusia menciptakan risiko dalam perdagangan gandum dan serealia.
Ekonom senior FAO, Abdolreza Abbassian, mengatakan kondisi ini dikhawatirkan merusak pola perdagangan. "Ketegangan politik yang kita lihat saat ini berisiko membawa kita kembali ke situasi saat Perang Dingin, di mana negara-negara menawarkan pembelian serealia tidak hanya didasarkan pada perbedaan harga, tetapi juga karena aliansi politik," kata Abdolreza seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 4 April 2014.
ANGGA SUKMA WIJAYA | PINGIT ARIA
Berita Terpopuler
Pembunuh Ade Sara Ketakutan Jalani Rekonstruksi
Jokowi Mendatangi Rumah Iwan Fals di Depok
15 Caleg Terseksi Versi Living in Indonesia