TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha kondang dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie kembali terdepak dari daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Terakhir, Ical--sapaan akrab Aburizal--bertengger dalam daftar itu pada 2011. Itu pun dia hanya menempati peringkat 30 dengan kekayaan sekitar Rp 10 triliun.
Padahal, calon presiden dari Partai Golkar untuk Pemilu 2014 tersebut sebelumnya telah 6 tahun duduk nyaman dalam daftar orang sugih se-Indonesia itu. Ical masuk di jajaran orang terkaya pada 2006 dan langsung menempati peringkat enam dengan kekayaan sebesar Rp 14 triliun. Setahun kemudian, pundi-pundi kekayaannya bertambah menjadi Rp 50 triliun sehingga membuat Ical menjadi orang terkaya se-Indonesia. (Baca juga : Mau Nyapres? Siapkan Dana Minimal Rp 7 Triliun )
Akibat krisis ekonomi global --subprime mortgage-- tahun 2008, kekayaan Ical terkuras sehingga hanya tersisa sekitar Rp 9 triliun. Peringkat Ical pun turun dari posisi pertama ke peringkat sembilan tahun itu. Pada 2010, usaha Bakrie Group mulai didera banyak permasalahan, dari utang yang menggunung sampai aksi gadai saham anak usahnya. Tak ayal lagi, posisi Ical pun melorot. Dia terlempar ke posisi 10, sampai akhirnya terdepak dari daftar 40 besar orang terkaya di Indonesia pada 2012. (Baca juga : Kekayaan Hary Tanoe Melonjak Menjadi Rp 15 Triliun)
Ical kembali merana tahun ini. Ia kalah oleh para pengusaha muda, seperti Garibaldi Tohir (peringkat 30) dan Sandiaga Salahuddin Uno (peringkat 47). Kini, Golkar yang menjadi kendaraan politiknya pun dikabarkan kekurangan dana untuk mencalonkan Ical pada pemilu tahun depan.
Dalam kunjungannya ke kantor Tempo, 14 November lalu, Aburizal mengaku kekayaannya banyak berkurang akibat kasus lumpur Lapindo. “Pasti banyak berkurang,” katanya.
Saat itu Ical bercerita tentang bagaimana keluarga Bakrie mencari jalan keluar untuk membuat bisnisnya bangkit kembali. “Pada krisis 1998, saham tinggal 2,5 persen, kita kerja terus. Keluar, pakai aset perusahaan, cari bisnis lain yang kita belum pernah kerjain, bisnis batu bara. Akhirnya tahun 2008, sudah baik dibanding 1998,” ia memaparkan.
ERWAN HERMAWAN | FORBES
Berita Terpopuler :
Mau Nyapres? Siapkan Dana Minimal Rp 7 Triliun
Data Cina Melemah, Indeks Turun Lagi 24 Poin
Menteri Minta Regulasi Impor Sapi Hidup Direvisi
BI Tak Intervensi, Rupiah Melemah
Dahlan Angkat Perempuan Muda Jadi Dirut BUMN