Semua fitur dan desain baru ini, kata Lambert, akan memudahkan pemilik uang untuk mengenali keasliannya. “Tidak perlu teknik khusus, dilihat sepintas bisa tahu uang ini asli,” kata dia. Maka, orang tidak usah repot-repot mengecek dengan cara menerawang atau melihat di bawah sinar ultraviolet.
Sebab, bagi kebanyakan orang Amerika, menerawang uang di depan orang lain dianggap tidak sopan. Lambert mengungkapkan, jika warga Amerika Serikat menyetorkan uang ke sebuah bank, kemudian teller memeriksa keaslian uang dengan cara menerawangnya di depan sang nasabah, hal itu dianggap tidak sopan. “Konsumen tidak nyaman dengan perlakuan semacam itu,” kata dia.
Inilah yang membedakan Apel Washington --sebutan uang dolar yang populer dalam kasus korupsi Hambalang— dibanding Apel Malang —sebutan untuk rupiah. Jika Bank Indonesia gencar mengkampanyekan 3D --dilihat, diraba, diterawang— sebagaiteknik mengecek keaslian rupiah, bank sentral Amerika memproduksi uang menggunakan teknologi canggih agar memudahkan penggunanya.
Sejak 2003, pemerintah Amerika Serikat secara bertahap memperbarui desain uangnya. Pembaruan pecahan US$ 100 pada tahun ini merupakan yang terakhir kali. Langkah itu untuk menghindari ancaman pemalsuan uang. Meski begitu, dolar Amerika sebetulnya mata uang paling aman di dunia. Tingkat pemalsuannya sangat rendah. Dari sekitar US$ 1,1 triliun uang dolar yang beredar di dunia saat ini, hanya sekitar US$ 80 juta yang dipalsukan.
PRAGA UTAMA
Topik Terhangat
Sultan Mantu | Misteri Bunda Putri | Gatot Tersangka | Suap Akil Mochtar | Dinasti Banten
Berita Terpopuler
Menteri Gamawan: FPI Aset yang Perlu Dipelihara
Pemimpin Redaksi Tempo Wahyu Muryadi Diganti
Soal Kasus Wawan, Adnan Buyung Mau Gugat KPK
Ini Orang PKS yang Minta Mobil Luthfi Dipindahkan
Suap Akil Diduga Disiapkan Kasir Kepercayaan Wawan