TEMPO.CO, Malang-Para peternak sapi perah tergiur menjual sapi-sapi mereka menyusul melonjaknya harga daging di pasaran. Para pedagang banyak yang mendatangi peternakan sapi perah di sejumlah daerah. "Banyak petani menjual sapi perah karena harga pakan terus melambung," kata ketua II Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Sulistiyanto, Rabu 28 November 2012.
Sulistiyanto khawatir hal ini akan berakibat turunnya populasi sapi perah dan ujungnya produksi susu di Jawa Timur anjlok. Sejak sebulan terakhir, produksi susu anjlok dari rata-rata 1.000 ton per hati turun menjadi 900 ton per hari. Khusus untuk Malang, produksi juga merosot dari 100 ton per hari menjadi 80 ton per hari.
Abu Hasan, Ketua Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia (HPMI) Seksi Jagal mengatakan daging sapi diperkirakan masih sulit didapat konsumen di Kota Malang hingga akhir bulan ini. Konsumen sudah bisa membeli daging sapi mulai Kamis besok namun dengan harga tinggi.
“Kepastian penjualan daging sapi menunggu hasil negosiasi dengan konsumen terkait usulan kenaikan harga Rp 10 ribu menjadi Rp 80 ribu per kilogram,” kata Hasan, Rabu, 29 November 2012.
Berhentinya aktivitas jagal sapi karena tukang jagal tidak menikmati keuntungan dari kenaikan harga sapi. Harga sapi hidup naik, tapi harga dagingnya tetap. Alhasil, para jagal sapi se-Kota Malang sepakat untuk mogok kerja selama lima hari, mulai Sabtu pekan lalu sampai Rabu ini. Namun, tak ada jaminan mereka kembali bekerja. “Menaikkan harga daging seperti kami usulkan merupakan satu-satunya jalan keluar bagi penyelesaian krisis daging sapi,” kata Hasan.
Direktur Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Kota Malang Djoko Sudadi mengatakan aksi mogok para tukang sembelih merugikan RPH selaku pemegang regulasi distribusi daging sapi. “Jika aksi mogok para jagal terus berlangsung, pendapatan kami pasti tambah menurun,” kata Djoko.
RPH kehilangan pendapatan Rp 10 juta selama lima hari vakum pemotongan sapi. Tiap hari RPH melayani penyembelihan 50 ekor sapi dengan tarif penyembelihan Rp 40 ribu per ekor. Pendapatan yang hilang mempengaruhi target pendapatan 2012. Di tahun ini RPH ditarget mendapat Rp 230 juta dan baru terpenuhi Rp 199 juta.
Kepala Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang Heriji Sutardjo menyatakan krisis daging sapi di Kota Malang tidak berhubungan dengan pasokan daging dari daerah penyangga, seperti Kabupaten Malang.
Populasi sapi pedaging di Kabupaten Malang melebihi kebutuhan daging di wilayah Malang Raya (kabupaten dan kota Malang, ditambah Kota Batu). Populasi sapi pedaging berjumlah 225 ribu ekor. Tiap tahun diproyeksi penambahan 50 ribu ekor sapi pedaging dan 30 ribu ekor sapi perah jantan. Sedangkan jumlah sapi pedaging dipotong berkisar 100 ekor per hari atau total setahun berjumlah 36 ribu ekor. “Kami masih surplus sapi pedaging dibanding kebutuhan dagingnya. Jadi, kalau di kota terjadi kelangkaan daging sapi, akar masalahnya bukan di kami,” kata Heriji.
ABDI PURMONO | EKO WIDIANTO