TEMPO.CO, Malang - Jumlah pengusaha muda baru bergelar sarjana yang menggeluti usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) semakin bertambah banyak di Kota Malang, Jawa Timur. “Pertambahan jumlah fresh graduate yang terjun ke UMKM sangat menggembirakan,” kata Ketua Paguyuban UMKM Kota Malang, Septarina Eko Dewi, kepada Tempo, Selasa, 30 Oktober 2012.
Paguyuban UMKM dibentuk pada November 2010. Di Kota Malang, kata Rina, ada ribuan pelaku UMKM. Namun, baru 184 orang saja yang bergabung di paguyuban dan hanya 50 anggota saja yang aktif di paguyuban.
Menurut Rina, jumlah pengusaha muda yang menggeluti UMKM diperkirakan 25 persen dari sekitar 5.000 pelaku UMKM. Mereka berusia antara 25 tahun sampai 35 tahun. Mayoritas dari mereka berusaha di usaha kuliner (50 persen), fesyen (30 persen), dan sisanya bergelut di usaha kerajinan.
Tingginya animo kaum muda jadi pengusaha UMKM menjadi tren yang menggembirakan dalam tiga tahun terakhir karena biasanya pelaku UMKM berusia di atas 40 tahun serta bukan sarjana. Mereka ingin jadi pengusaha karena punya banyak keleluasaan mengelola usaha sendiri, selain bisa membuka peluang kerja bagi orang lain. “Ada juga yang karena hobi, meneruskan bisnis orang tuanya. Ada yang jadi pengusaha dengan modal nekat,” kata Rina.
Rina berharap makin banyak sarjana jadi pengusaha UMKM dan bergabung di paguyuban agar mereka bisa mendapat manfaat berupa pelatihan, jaringan, informasi usaha, serta akses permodalan dan peluang pasar.
Ocky Dharmawan, seorang pengusaha konveksi, bersyukur bisa bergabung dalam paguyuban. Di saat usaha lagi tak bagus, paguyuban ikut membantu akses modal. Sebelumnya, selama 11 tahun, ia dan istri merasakan beratnya menjadi pengusaha kelas UMKM. “Untuk dapat kredit susah sekali, tapi sekarang lumayan gampang,” kata Ocky, jebolan Universitas Jember.
Ocky dan istri berbisnis konveksi didorong keinginan menjadikan kain tenun sebagai tuan di rumahnya sendiri.
ABDI PURMONO