TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina EP kehilangan potensi pendapatan sebesar Rp 7,69 miliar dalam waktu sepekan terakhir. Hal ini disebabkan penghentian sementara kegiatan operasi migas di Lapangan Jatibarang, Cirebon, Jawa Barat, sejak Rabu, 3 Oktober 2012.
"Produksi berhenti karena kami mematikan kompresor gas sejak ada demo buruh tanggal 3 Oktober lalu sampai sekarang," kata Manajer Humas Pertamina EP Agus Amperianto, Senin, 8 Oktober 2012.
Pada Rabu, 3 Oktober 2012, terjadi aksi unjuk rasa lembaga swadaya masyarakat SBI-KASBI di Jatibarang. Dalam aksi ini sejumlah pengunjuk rasa mematikan sejumlah fasilitas produksi migas, memblokir dan merusak fasilitas yang ada. Keterangan resmi Pertamina EP menyebutkan enam orang korban terluka akibat pemukulan.
Pada Kamis, 4 Oktober 2012, aksi pemblokiran kembali terjadi di 4 pintu gerbang dan pemukulan juga terjadi. Akibat gangguan keamanan ini, Pertamina tidak bisa memproduksi 1.516 barel minyak per hari.
Agus mengatakan hingga saat ini belum ada kejelasan kapan lapangan bisa dioperasikan kembali. Pertamina, warga, dan tenaga alih daya akan segera membahas bersama persoalan yang menyebabkan aksi unjuk rasa. "Akan dibahas bersama karena kemarin demo cenderung anarkis," kata Agus.
Agus memperkirakan perusahaan sulit mencapai target produksi seperti dalam APBN-P 2012 sebesar 132 ribu barel per hari. Hingga akhir 2012 produksi diperkirakan di bawah 131 ribu barel per hari.
Namun, untuk mengejar target, Pertamina EP akan mendorong peningkatan produksi dari lapangan Tiung Biru B di Jawa Timur. Produksi dari lapangan ini diperkirakan mencapai 1.500 barel per hari, namun masih menunggu perizinan dari Pemerintah Daerah Bojonegoro.
Selain gangguan produksi di Jatibarang, minyak produksi Pertamina EP juga dicuri di jalur pipa Tempino-Plaju. Diperkirakan 240 ribu barel minyak dengan nilai lebih dari Rp 200 miliar dicuri di sepanjang jalur pipa tersebut.
BERNADETTE CHRISTINA
Berita terpopuler lainnya:
Bank Mandiri Tawarkan Bunga Flat Selama 5 Tahun
Tiket Garuda Sebelum 4 Oktober Kena Airport Tax
Baru Garuda yang Tiketnya Gabungkan Pajak Bandara
Indonesia Potensial Eksportir Ikan Hias Terbesar
Volatilitas Rupiah Masih Tinggi