TEMPO.CO, Jakarta-Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) masih menunggu revisi harga bahan bakar nabati dari pemerintah. Sekjen Aprobi Paulus Tjakrawan mengatakan saat ini harga BBN yang ditetapkan belum memenuhi skala keekonomian. "Kalau harganya menguntungkan tentu pasar biodiesel di dalam negeri akan berkembang. Investor juga tertarik," kata Paulus, Selasa, 21 Agustus 2012.
Paulus menyatakan saat ini sejumlah kebijakan pemerintah dan peningkatan kandungan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) dalam biodiesel Pertamina membuat industri BBN cukup berkembang. Namun dia mengatakan saat ini industri masih menemui sejumlah kendala teknis di lapangan. "Fasilitas penyimpanan di Kalimantan dan Sumatera belum ada, jadi agak repot kalau harus diangkut," kata Paulus.
Paulus menyatakan pihaknya masih menunggu penerapan kebiijakan pemerintah di lapangan untuk mendorong peningkatan penggunaan BBN. Tahun ini asosiasi memperkirakan produksi biodiesel bisa mencapai 2,1 juta ton, naik dari produksi 2011 sebesar 1,38 juta ton.
Aprobi memperkirakan penggunaan biodiesel di Indonesia tahun ini bisa meningkat menjadi 600.000 ton dari realisasi penggunaan 2011 sebesar 304.447 ton. Sementara ekspor diperkirakan mencapai 1,5 juta ton, naik dari ekspor 2011 1,07 juta ton.
BERNADETTE CHRISTINA