TEMPO.CO, Jakarta – PT Timah Tbk menunggu pinjaman dari bank sebesar Rp 3 triliun untuk keperluan investasi dan ekspansi usaha. “Tapi itu belum dieksekusi,” kata Direktur Niaga PT Timah yang baru, Abrun Abubakar, ketika ditemui seusai rapat umum pemegang saham, Kamis, 19 April 2012.
Abrun mengatakan, pinjaman itu berasal dari bank dalam dan luar negeri. Bank dalam negeri merupakan perusahaan pelat merah, yakni BRI dan Bank Mandiri. Mengenai bank dari luar negeri, mantan sekretaris perusahaan PT Timah ini enggan menyebutkan. Sebagian dari pinjaman ini akan digunakan untuk ekspansi pertambangan batu bara dan sebagian lagi untuk belanja modal atau capital expenditure (capex).
Menurut Abrun, perseroan mengalokasikan belanja sebesar Rp 1,4 triliun. Porsi capex dianggarkan sebesar 30 persen dari kas internal dan 70 persen dari perbankan. Belanja modal ini digunakan untuk pembelanjaan rutin, seperti peningkatan pengolahan dan peleburan PT Timah. Sebab, tahun ini PT Timah menargetkan produksi timah mencapai 50.000 Mton. Tahun 2011, PT Timah hanya mampu memproduksi 38.132 Mton, lebih kecil 5% dibanding 2010, yakni 40.412 Mton.
“Pinjaman Rp 3 triliun itu direksi sebelumnya yang berusaha mendapatkanya,” tutur Abrun. Saat ini, ia dan Direktur Utama PT Timah Sukrisno beserta empat direktur bidang lain tinggal menunggu eksekusi dilakukan.
PT Timah, BUMN yang bergerak di bidang pertambangan timah di Indonesia, menguasai hak penambangan timah seluas 522.460 hektar dengan 114 kuasa pertambangan (KP), baik di darat (onshore) maupun di laut (offshore) dengan wilayah operasi yang meliputi Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Kepulauan Riau yang dikenal sebagai Indonesian Tin Belt.
SUNDARI