TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memprihatinkan. Hingga tahun lalu, dari 374 PDAM yang ada di seluruh Indonesia, hanya 38 persen yang sehat. Selebihnya, sebanyak 122 PDAM masuk kategori kurang sehat dan 84 lainnya sakit.
Kepala Badan Pendukung Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum, Rachmat Karnadi, mengatakan persoalan utama PDAM saat ini adalah sebagian besar terbelit utang. "Kami meminta mereka segera mencari alternatif sumber dana," kata Rachmat dalam jumpa wartawan di kantor Kementerian Perhubungan, Jumat, 17 Februari 2012.
Ia menjelaskan penilaian kinerja PDAM meliputi manajemen, keuangan, pengelolaan, dan sumber daya manusia.
Saat ini sekitar 205 PDAM terbelit utang. Celakanya, hanya 30 di antara mereka yang lancar membayar utang. Adapun sisanya, terdapat 175 PDAM, menunggak utang hingga Rp 4,6 triliun.
Oleh sebab itu, menurut Rachmat, sebanyak 109 PDAM telah mengajukan restrukturisasi utang kepada pemerintah. Sementara itu, 56 PDAM belum mengajukan dan 10 PDAM tidak mengajukan karena telah menjalin kerja sama dengan pihak swasta.
Parahnya kondisi PDAM menjadi kendala bagi Indonesia untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 berupa akses air minum secara nasional sebesar 68,87 persen. Target ini naik sebesar 21,16 persen dari angka akses air minum nasional saat ini yang hanya sebesar 47,71 persen. "Kami akui, cakupan pelayanan air minum perpipaan saat ini masih rendah," kata Rachmat.
Cakupan pelayanan secara nasional masih sebesar 25,56 persen. Sedangkan di perkotaan 43,96 persen dan pedesaan 11,56 persen. Adapun tingkat kehilangan air nasional mencapai 32,86 persen.
Menurut Rachmat, agar target MDGs tersebut tercapai, dibutuhkan dana sedikitnya Rp 46 triliun. Persoalannya, dana nasional yang terdapat di Kementerian hanya sebesar Rp 11,8 triliun. Artinya ada kekurangan dana Rp 34,2 triliun. "Perlu tambahan dana dari pihak lain. Solusinya, skema kerja sama pemerintah dan swasta dan pinjaman bank," ujarnya.
Hingga saat ini, BPPSPAM telah menjalin kerja sama dengan empat bank yang bersedia memberi pinjaman untuk proyek-proyek penyediaan air minum, yakni Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Jabar Banten. Dana pinjaman telah disepakati senilai Rp 4,2 triliun dan berpeluang meningkat.
MUHAMAD RIZKI