TEMPO Interaktif, Jakarta - Pada perdagangan Senin, 12 Desember 2011, indeks kurva obligasi pemerintah (IBPA-IGSYC) bergerak beragam setelah adanya tekanan ke atas pada tenor jangka pendek. Tekanan ke bawah untuk tenor menengah. Pergerakan beragam ini mengindikasikan bahwa para pelaku pasar belum yakin terhadap perkembangan pasar ke depannya.
Secara rata-rata imbal hasil (yield) pada tenor pendek (1-4 tahun) naik 1,3 basis point (bps), diikuti pula oleh tenor panjang (8-30 tahun) yang naik 1,1 bps. Namun untuk yield tenor jangka menengah (5-7 tahun) justru turun 1,2 bps. Imbal hasil obligasi untuk tenor dua tahun mencapai 5,1113 persen, sedangkan untuk tenor 10 tahun mencapai 6,2053 persen, sehingga terjadi penyempitan selisih di kedua tenor tersebut menjadi 109 bps.
Menurut data dari Indonesia Bond Price Agency (IBPA), indeks obligasi pemerintah yang hanya menghitung dari perubahan harga (GBIX-Clean Price) turun 0,0942 poin (0,07 persen) ke level 129,0675.
Sedangkan indeks obligasi pemerintah yang menghitung semua potensi keuntungan (GBIX-Total Return) juga melemah 0,0226 poin (0,01 persen) menjadi 159,6459. Penurunan kali ini membuat tingkat pengembalian investasi sepanjang tahun ini menjadi 16,9 persen. Sementara itu indeks obligasi pemerintah yang menghitung perubahan imbal hasil (GBIX-Effective Yield) naik ke level 6,3021 persen.
Corporate Secretary IBPA, Tumpal Marolopasi Sihombing, menjelaskan koreksi harga obligasi yang terjadi menjelang akhir perdagangan kemarin disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar atas peringatan lembaga pemeringkat Moody’s yang akan meninjau kembali peringkat utang negara di Uni Eropa pada kuartal pertama 2012. “Padahal di sesi pertama kemarin pasar sempat ditutup positif, ditandai dengan naiknya GBIX-Total Return sebesar 0,07 persen,” tutur dia.
Hasil dari pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Burssel akhir pekan lalu dianggap gagal menghasilkan kebijakan untuk dapat mengatasi krisis utang kawasan. “Dalam pertemuan tersebut negara di Uni Eropa setuju melakukan integrasi fiskal untuk menciptakan pengawasan yang lebih ketat terhadap pos anggaran, tapi tidak memberikan jawaban untuk penyelesaian krisis jangka pendek,” tutur dia.
Bahkan ekonom dari Standard & Poor’s mengungkapkan bahwa Uni Eropa telah kehabisan waktu untuk menyelesaikan krisis kawasan. Selain itu Moody’s juga sedang mempertimbangkan akan menempatkan delapan perbankan Spanyol dan dua perusahaan holding ke dalam daftar pengawasan.
Harga obligasi seri FR0054 (tenor 20 tahun) turun 81,25 bps menjadi 121,6875, sehingga imbal hasilnya naik 6,76 bps. Harga obligasi seri FR0055 (tenor 5 tahun) turun 21,86 bps menjadi 107,6739 dan imbal hasilnya naik 4,77 bps. Harga obligasi seri FR0053 (tenor 10 tahun) turun tipis 1,81 bps membuat imbal hasilnya naik 0,12 bps. Sedangkan imbal hasil seri obligasi FR0056 (tenor 15 tahun) justru naik 42,73 bps menjadi 114,9273 dan imbal hasilnya turun 4,25 bps.
ORI008 yang memiliki kupon 7,3 persen menjadi obligasi pemerintah yang paling aktif dengan transaksi sebanyak 30 kali dengan nilai Rp 335 miliar. Sedangkan Obligasi Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker tahun 2007 (SIKBLT01) dengan kupon 10,3 persen dengan rating idA-(sy) menjadi seri teraktif obligasi korporasi dengan volume Rp 17 miliar dan transaksi 13 kali.
VIVA B. KUSNANDAR