TEMPO Interaktif, SIDNEY: - Maskapai penerbangan Australia, Qantas, kembali mengudara setelah pengadilan arbitrase Fair Work Australia memerintahkan agar sengketa antara manajemen dan serikat buruh diakhiri. "Kami telah memutuskan untuk mengakhiri aksi industri berkepanjangan," demikian diungkapkan pengadilan.
"Ini kemenangan bagi penumpang," kata Perdana Menteri Australia Julia Gillard menanggapi keputusan pengadilan. Gillard tak lupa mengecam aksi penghentian penerbangan yang dianggap sepihak. "Saya kira keputusan memarkir seluruh pesawat itu tak bisa diterima!" Ia memerintahkan Kepala Eksekutif Qantas Alan Joyce segera menuntaskan sengketa itu.
Menteri Transportasi Anthony Albanese menyebut aksi manajemen Qantas itu sungguh luar biasa. Sebab, “Kami hanya diberi tahu tiga jam sebelumnya,” ujar Albanese. Gara-gara itu, tokoh oposisi, Tony Abbott, menganggap pemerintah lamban dalam menengahi perseteruan antara serikat pekerja dan manajemen.
Perdana Menteri Gillard akhirnya memberi batas waktu kepada dua belah pihak untuk kembali ke meja perundingan, dan pihak-pihak terkait harus menyetujui kesepakatan dalam waktu 21 hari. "Saya telah jelaskan kepada mereka," ujar Gillard. "Atau mereka akan menghadapi arbitrase yang mengikat."
Pengadilan menyebutkan, keputusan yang dikeluarkan mempertimbangkan dampak aksi mogok karyawan Qantas terhadap industri pariwisata di Australia. Maklum saja, aksi penghentian penerbangan pada Sabtu lalu itu telah mengakibatkan sekitar 70 ribu penumpang terbengkalai.
Kendati begitu, Pengoperasian kembali ini sempat tertunda dua jam karena perusahaan menunggu lampu hijau dari otoritas penerbangan. Bahkan sebagian penumpang mesti menunggu beberapa hari sebelum seluruh penerbangan benar-benar kembali normal. Otoritas Keselamatan Penerbangan Sipil (CASA) telah mengizinkan penerbangan.
Serikat pekerja dan manajemen terlibat sengketa sejak Agustus lalu terkait dengan rencana perombakan operasional dan pemindahan sebagian operasinya ke luar Australia. Serikat pekerja menentang rencana yang dikhawatirkan bakal membuat lebih dari 1.000 karyawan kehilangan pekerjaan di bagian operasional Qantas, Australia.
AAP | REUTERS | ANN | ANDREE PRIYANTO