TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah mencatat tingkat konsumsi ikan nasional hanya 30,47 kilogram per kapita tahun lalu. Angka itu masih lebih rendah dibanding Malaysia dan Singapura yang tingkat konsumsinya mencapai 55,4 kilogram dan 37,9 kilogram per kapita. Padahal luas laut dan potensi Indonesia jauh lebih besar dibanding kedua negara itu.
“Salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan kita karena terkait soal mitos dan budaya, seperti mengkonsumsi ikan dapat menyebabkan anak cacingan,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Selasa, 12 Juli 2011.
Gerakan Makan Ikan yang diusung Kementerian Kelautan dan Perikanan ditujukan agar mencapai target konsumsi ikan melebihi standar pola pangan harapan, yaitu 31,40 kilogram per tahun. Sementara dari data yang ada, orang makan ikan paling sedikit orang Jawa. Sedangkan yang tertinggi di daerah timur yang bisa mencapai 40-45 kilogram per tahun, misalnya di Gorontalo dan Makassar.
Untuk kampanye Gemar Makan Ikan di seluruh Indonesia tahun ini, Kementerian Kelautan menganggarkan dana Rp 10 miliar. Diharapkan pada tahun 2014 peningkatan konsumsi rata-rata nasional mencapai 38 kilogram per kapita.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan Victor Nikijuluw menyatakan, rendahnya konsumsi karena ada kelangkaan ikan yang memicu harga produk menjadi mahal. Meski disebutkan jumlah produksi ikan meningkat, hasil evaluasi Kementerian menyebutkan konsumsi ikan juga ikut naik.
Dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa, menurut dia, kalau konsumsi per orang meningkat 1 kilogram saja, kebutuhan ikan nasional mencapai 2,4 juta ton. “Butuh produksi yang sangat banyak," kata Victor.
ROSALINA