TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemegang saham tertinggi PT Mandala Airlines saat ini, Saratoga Capital, berpotensi hengkang dari perusahaan tersebut, jika dari hasil uji kelayakan Mandala yang tengah berlangsung ternyata tidak layak untuk diselamatkan. "Kami harus berhitung dulu," kata Investment Manager Saratoga Capital, Devin Wirawan, kepada Tempo, Rabu 6 Juli 2011.
Dia mengatakan, jika uji kelayakan atau due diligence menyatakan utang dan kewajiban Mandala jauh lebih besar dibandingkan mendirikan maskapai baru, pihaknya akan memutuskan untuk membatalkan pembelian maskapai tersebut.
Mandala Airlines memutuskan untuk menghentikan penerbangannya pada 13 Januari lalu. Keputusan itu diambil karena perusahaan tersebut tak mampu lagi membayar utang kepada sejumlah kreditor. Akhirnya perusahaan pun mengambil keputusan untuk melakukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang melalui Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.
Setelah mengikuti tahapan PKPU, akhirnya perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan kesepakatan kreditor sebagai pemegang saham sebesar 15 persen.
Devin mengatakan, saat ini tahap due diligence Mandala sudah mencapai 50 persen. Uji kelayakan masih menunjukkan Mandala layak untuk beroperasi kembali. "Sejauh ini, kami belum menemukan masalah. Masih oke," ujarnya.
Uji kelayakan itu, katanya, meliputi hal yang berkaitan dengan rencana bisnis Mandala ke depannya seperti infrastruktur perusahaan, manajemen, serta sumber daya manusia di Mandala itu sendiri. "Dalam due diligence, kami membicarakan soal target-target Mandala ke depannya," katanya.
Dia pun mengatakan, pihaknya serta pemegang saham lainnya, Tiger Airways, juga masih membicarakan soal isu yang berkembang di masyarakat, terutama mengenai perubahan nama Mandala Airlines. "Itu salah satu topik yang dibicarakan dalam due diligence," katanya.
Perubahan nama Mandala sempat berhembus di masyarakat. Pasalnya, Tiger Airways selalu mengubah nama maskapai yang bekerja sama dengannya sesuai dengan namanya. Meski seperti itu, Devin mengatakan, pihaknya akan terus mengikuti aturan yang ada. "Kami ingin dalam menjalankan Mandala ini mematuhi aturan yang berlaku. Lagipula Mandala sudah memiliki nama besar di dunia penerbangan nasional," katanya.
Devin masih menargetkan Mandala terbang kembali pada tahun ini. Namun dia tidak dapat menjanjikan maskapai dapat terbang dalam waktu dekat ini. "Untuk terbang pada Juli tidak mungkin. Karena masih banyak yang mesti diurus," jelas Devin.
Dia mengatakan, Mandala akan tetap bermain di segmen penerbangan berbiaya rendah atau low cost carrier. Pemilihan segmen ini mengacu pada Tiger Airways sebagai pemegang saham Mandala lainnya. Menurut dia, Tiger sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah telah memiliki rekam jejak tersendiri.
Saat ini, Tiger telah mengoperasikan 26 Airbus 320 dan jumlah itu akan ditingkatkan menjadi 68 unit pada akhir 2015. Maskapai ini pun telah melayani 35 kota tujuan di 12 negara dan daerah di Asia dan Australia.
Direktur Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Edward A. Silooy, mengatakan hingga saat ini Mandala belum melaporkan kembali rencananya untuk terbang kembali pada tahun ini. "Belum ada progres dari Mandala. Saya belum terima apa pun tentang mereka," katanya.
Saat dikonfirmasi, juru bicara Mandala Airlines Nurmaria Sarosa belum ingin menginformasikan mengenai rencana maskapai untuk terbang kembali. "Semuanya masih dalam tahap penggodokan oleh investor baru," katanya.
Rencana terbang itu pun, katanya, akan segera diinformasikan ke masyarakat setelah mendapat kepastian dari investor baru yang menangani Mandala. "Kalau sudah ada, saya akan informasikan," ujarnya.
SUTJI DECILYA