TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertanian meminta seluruh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) di Indonesia untuk menyediakan lahan komoditas holtikultura. Kementerian menyediakan dana Rp 20 miliar untuk mengembangkan lahan tersebut.
"Kami akan surati seluruh PTPN yang memiliki lahan potensial holtikultura," kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Selasa 14 Juni 2011.
Suswono mengatakan kebijakan ini bertujuan meningkatkan ekspor hortikultura ke beberapa negara importir yakni Singapura, Jepang, serta Cina. Salah satu kendala rendahnya ekspor, karena minimnya produksi komoditas andalan dalam negeri seperti sayur, buah mangga, serta kentang.
Lahan tersebut, lanjut dia, akan dikelola langsung oleh petani yang bermukim disekitar PT Perkembunan. Mereka juga akan diberi pelatihan khusus agar pengelolaan tanaman hortikultura bisa memenuhi standar global, mulai dari kemasan hingga kualitas tanaman.
"Yang membuat kualitas hortikultura rendah karena kecerobohan petani," kata dia.
Mengenai realisasi dana Rp 20 miliar, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Zainal Baharuddin mengatakan, dana itu akan digunakan untuk menyediakan benih unggul bagi petani.
Zainal juga berjanji akan meningkatkan jumlah dana melalui pinjaman dari perbangkan. Tujuannya, agar pemeliharaan dan hasil panen bisa dibiayai untuk memenuhi standar pasar global. Hanya saja ia tak menyebutkan jumlah dana yang akan dipinjam dari bank.
Ia optimis pembukaan lahan PT Perkebunan serta pengucuran dana ini bisa membuat nilai impor hortikultura meningkat tajam tahun ini. Di Singapura, ia menarget nilai ekspor mencapai 6 persen, sedangkan Cina serta Jepang masing-masing 10 persen.
Catatan kementerian hingga tahun lalu menyebutkan nilai ekspor hortikultura ke Cina mencapai US$ 12,4 juta, Jepang mencapai US$ 28 juta, serta Singapura US$ 80 juta.
Untuk pasar hortikultura dalam negeri, Suswono akan membuat pasar tani di seluruh Indonesia. Kebijakan ini untuk pemerataan harga yang lebih cenderung berpihak kepada petani.
Fenomena yang terjadi saat ini, pedagang seenaknya menaikkan harga tinggi di pasar swalayan. Sementara petani hanya menikmati harga yang rendah. "Jeruk pontianak seharga Rp 15 ribu di swalayan, sementara di petani hanya Rp 5.000."
TRI SUHARMAN