TEMPO Interaktif, Kediri - Para pedagang sapi di pasar hewan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berancang-ancang menaikkan harga. Saat ini, pasokan sapi hidup di kalangan peternak pedesaan mulai habis setelah diborong para penjual daging.
Suji, 47 tahun, pedagang sapi di pasar hewan Ngadiluwih, Kediri, mengatakan ketersediaan sapi potong di desa-desa mulai habis sejak awal Juni. Para peternak cenderung menjual sapi mereka kepada tukang jagal untuk kebutuhan konsumsi.
“Karena harga daging lebih bagus daripada sapi hidup,” kata Suji kepada Tempo, Kamis, 9 Juni 2011. Harga daging saat ini Rp 53 ribu per kilogram atau Rp 5,3 juta per kuintal. Sementara, harga sapi hidup hanya berkisar Rp 3,6 juta per kuintal.
Oleh karena itu, Suji memprediksi harga sapi segera naik menyusul semakin habisnya ketersediaan sapi di tingkat peternak pedesaan. Apalagi kebutuhan konsumsi daging menjelang Lebaran semakin besar hingga mempercepat habisnya stok sapi hidup. “Kalau sapi sudah sulit, pasti harganya meroket,” kata Suji.
Penghentian ekspor sapi oleh Australia ke Indonesia, menurut Suji, juga akan mempercepat kenaikan harga sapi lokal. Sebab, selama ini rumah potong hewan di kawasan Jabotabek selalu mengandalkan pasokan sapi luar sehingga dipastikan kebutuhan sapi ke daerah itu meningkat tajam.
Saat ini, pergerakan harga sapi di pasar hewan Kediri cenderung stagnan. Perputaran sapi hanya dilakukan antar pedagang tanpa melibatkan konsumen langsung. Hal ini dipengaruhi berhentinya permintaan sapi dari petani untuk kebutuhan membajak maupun peliharaan. “Petani trauma dengan hasil pertanian yang rusak pada musim hujan kemarin,” kata Suji.
Khoirul Abadi, pemilik dan peternak sapi di Desa Badal, Kecamatan Ngadiluwih, memilih menahan sapinya. Meskipun biaya perawatan cukup tinggi, dia berharap harga sapi segera pulih seiring berhentinya suplai sapi impor. “Kasak-kusuk di pasar hewan menyebutkan harga sapi akan naik,” katanya.
HARI TRI WASONO