TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertanian meyakinkan wabah ulat bulu yang akhir-akhir ini merebak di beberapa daerah tidak akan menyerang tanaman pangan. Sebab, menurut Menteri Pertanian Suswono, wabah ulat bulu hanya menyerang tanaman pohon yang memiliki batang keras.
“(Hanya menyerang) Tanaman pohon keras seperti pohon mangga, dan tidak menyerang tanaman pangan. Jadi ini tidak terlalu mengkhawatirkan,” kata Suswono saat jumpa wartawan di kantornya hari ini Rabu (13/4).
Dia mengungkapkan, serangan wabah ulat bulu semata-mata disebabkan oleh perubahan iklim yang terjadi pada 2010 lalu yang cenderung lebih banyak hujan. Ulat bulu juga tidak mematikan titik tumbuh pohon.
Bahkan, setelah daunnya habis digerogoti ulat, dalam waktu tiga bulan kemudian tanaman akan tumbuh kembali lebih lebat. “Justru setelah 3 bulan nanti tanamannya akan tumbuh lagi dan bunganya akan lebih baik,” katanya.
Dia menyebutkan, serangan wabah ulat bulu yang terjadi di Probolinggo beberapa waktu lalu menyerang 14 ribu pohon mangga. Jumlah ini, kecil dibandingkan dengan jumlah pohon mangga yang ada di Probolinggo sebanyak 1,2 juta pohon. Di Probolinggo sendiri wabah ulat bulu terjadi diduga akibat adanya migrasi karena erupsi Gunung Bromo.
Setidaknya serangan wabah ulat bulu ditemukan di Probolinggo Jawa Timur, Bekasi, dan terakhir terjadi di Tanjung Duren, Jakarta Barat. “Tiap daerah ulatnya tidak sama. Berbeda karena ada mutasi dan jumlah predator pemakan ulat seperti burung berkurang. Ini membuat siklus telur ulat bulu sangat cepat dan bervariasi,” ujarnya.
Saat ini, pengendalian wabah ulat bulu dilakukan melalui pemutusan rantai serangan dengan menyemprotkan insektisida agar tak semakin menyebar ke berbagai wilayah. Kementerian akan mengirimkan peneliti dari dinas setempat ke daerah yang terjangkiti wabah ulat bulu untuk segera diperiksa.
“Beberapa daerah sudah menggunakan insektisida hayati karena lebih baik dari insektisida kimia. Pokoknya kami pantau terus serangan ulat bulu ini,” ujarnya.
ROSALINA