Djaelani memaparkan, impor BBM premium hingga April masih berada di angka rata-rata lima juta barel sebulan. Pertambahan impor disesuaikan dengan kebutuhan Juni yang diperkirakan melonjak karena memasuki musim liburan. "Berdasarkan pengalaman kalau musim liburan biasanya lebih besar," ujarnya.
Selain Premium, impor untuk BBM jenis high speed diesel (HSD/Solar) hingga April mendatang masih pada kisaran normal antara 3-4 juta barel lantaran kondisi industri selaku konsumen terbesar diperkirakan tetap beroperasi secara normal.
Perusahaan minyak dan gas pelat merah itu memang belum mampu memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Apalagi produksi minyak dalam negeri pun masih rendah di kisaran 917 ribu barel per hari. Pasokan minyak yang diperoleh dari dalam negeri hanya sekitar 63 persen dari total kebutuhan 1,03 juta barel BBM. Artinya sekira 37 persen harus dipasok dari luar negeri.
Secara menyeluruh, kapasitas total produksi bahan bakar minyak Pertamina hanya sekitar 40,6 juta kiloliter, yang terdiri atas solar 18,3 juta kiloliter (45 persen), Premium 12 juta kiloliter(29 persen), minyak tanah 7 juta kiloliter (17 persen), dan avtur 3,3 juta kiloliter (8 persen). Rata-rata kebutuhan tiap tahun hingga 50,1 juta kiloliter.
Saat ini Pertamina hanya memiliki 6 kilang yang berfungsi memproduksi BBM. Kilang tersebut antara lain, kilang Dumai, Riau 170 ribu barel per hari; Plaju, Sumatera Selatan 118 ribu barel per hari; Cilacap, Jawa Tengah 348 ribu barel per hari; Balikpapan, Kalimantan Timur, 260 ribu barel per hari; Balongan, Jawa Barat 125 ribu barel per hari; dan Kasim, Papua Barat 10 ribu barel per hari.
GUSTIDHA BUDIARTIE