Menurut Putri, tumbuhnya penjualan itu antara lain didorong oleh kenaikan harga produk akibat tekanan inflasi, kenaikan tarif dasar listrik, dan kenaikan upah minimum regional. Hingga kini dua pertiga perdagangan kosmetik di Tanah Air masih didominasi produk dalam negeri.
Namun Putri mengingatkan bahwa pasar kosmetik lokal mulai tersaingi produk asing. Sebab, perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Cina menyebabkan bea masuk menjadi nol persen. Ditambah harmonisasi aturan ASEAN sehingga impor kosmetik tak perlu lagi mendapat izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Putri, yang juga Chief Executive Officer Mustika Ratu, mengatakan prospek industri kosmetik masih menjanjikan. "Hampir semua jenis kosmetik punya peluang besar berkembang di Indonesia," katanya. "Tinggal kepekaan masing-masing pelaku untuk membaca peluang."
Pasar Indonesia yang besar merupakan faktor penarik bagi industri kosmetik. Bahkan grup perusahaan kosmetik dunia L'Oreal berencana membangun pabrik dengan investasi Rp 900 miliar. Pabrik ini akan menjadi basis produksi produk perawatan rambut dan kulit di Indonesia dan ASEAN.
Consumer Product Division General Manager L'Oreal Ashwin Rajgopal pekan lalu menyebutkan bahwa Indonesia diharapkan mampu menyumbang 10 persen dari target yang ditetapkan L'Oreal di Asia Pasifik. L'Oreal mengincar 1 miliar konsumen baru di dunia, yang sekitar 50 persennya dari pasar Asia Pasifik.
Putri menambahkan, industri kosmetik dapat lebih berkembang asalkan pemerintah ikut mendukung dari sisi kebijakan, seperti meminimalisasi ekonomi biaya tinggi dan kampanye penggunaan produk dalam negeri, sehingga pertumbuhan tak hanya dari kenaikan harga, tapi juga produksinya. "Sebab, saat ini pertumbuhan industri kosmetik masih single digit," ujar Putri.
EKA UTAMI APRILIA