Itu berarti memecahkan rekor BI Rate yang sempat bertahan selama 18 bulan di 6,5 persen. "Dinaikin 25 basis point," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah di kompleks Masjid Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (4/2).
Sebelumnya, sinyal-sinyal kenaikan sudah diberikan bank sentral, yang menyebutkan tak akan segan-segan menaikkan BI Rate jika inflasi inti dipandang melebihi ambang batas yang ditentukan.
Salah satu pertimbangannya risiko tekanan inflasi karena pergerakan harga pangan dan harga minyak dunia. "Bila terlihat tanda inflasi inti meningkat, BI tidak akan ragu lagi menaikkan BI Rate," ujar Hartadi lewat pesan pendek pada Tempo beberapa waktu lalu.
Halim melanjutkan, kebijakan BI Rate untuk merespons kenaikan inflasi gara-gara pergerakan harga pangan (volatile food). "Kita tidak suka dengan meningkatnya tekanan inflasi, meski berasal dari kelompok makanan. Karena hal itu akan mempengaruhi inf inti melalui ekspektasi," ujarnya.
Hartadi menambahkan, kecemasan inflasi tidak hanya berasal dari volatile food. Tapi juga tingginya harga minyak dunia saat ini. Sementara itu sebagian bahan bakar minyak tidak disubsidi lagi. BI Rate sendiri bertahan di kisaran 6,5 persen sejak Agustus 2009. Dan terus kokoh selama 18 bulan.
FEBRIANA FIRDAUS