Hidayat mengatakan melambatnya industri tekstil ini disebabkan munculnya banyak negara pesaing, seperti Vietnam, Bangladesh, Thailand dan Cina, yang menggunakan teknologi baru.
Menurutnya, perlu dicermati masih kurangnya optimalisasi utilisasi kapasitas terpasang dan terbatasnya kemampuan mesin dalam proses produksi. 80 persen mesin-mesin di industri tekstil dan produk tekstil telah berusia lebih dari 20 tahun, ini mengakibatkan inefisiensi produksi.
Selain itu, mesin yang tua berakibat pada terbatasnya melakukan diversifikasi produk dan peningkatan kualitas.
Kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil dari 2000 sampai 2009 meningkat 11,59 persen, atau rata-rata 3,41 persen per tahun, ini setara dengan nilai ekspor US$ 9,26 miliar.
Meski cenderung stagnan, bila dibanding nilai impor, industri tekstil masih menunjukkan surplus. Selama 10 tahun terakhir surplus perdagangan selalu diatas US$ 5 miliar, dan pada 2009 lalu mencapai US$ 5,09 miliar.
IQBAL MUHTAROM