Manajer Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN NTB Anggoro Tjiptoharto mengatakan kerugian itu harus ditanggung PLN karena adanya selisih antara beban produksi dan harga jual listrik. Menurutnya, biaya produksi listrik mencapai Rp 1.446,52 per kilowatthour (kwh) sementara harga jualnya hanya Rp 651,48 per kwh.
"Tahun ini kerugian diperhitungkan bertambah menjadi Rp 1,2 triliun dari biaya produksinya Rp 1,7 triliun," kata Anggoro di kantor Gubernur NTB, hari ini.‘
Pernyataan itu disampaikan Anggoro menanggapi protes Aliansi Mahasiswa Bersatu kepada PLN terkait pemadaman bergilir yang terjadi di Mataram. Kemarin, Mahasiswa menggelar aksi mengumpulkan uang recehan dari masyarakat.
Sebanyak Rp 250 ribu uang recehan terkumpul kemudian diserahkan kepada Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Daerah NTB Lalu Moh.Faozal agar diteruskan kepada PLN.
Anggoro mengatakan pemedaman bergilir terpaksa dilakukan kondisi daya listrik di PLN Sektor Lombok hanya sebesar 80 Megawatt (MW). Padahal, saat beban puncak daya yang dibutuhkan mencapai 110 MW. Karena kekurangan daya 30 MW tersebut dilakukanlah pemadaman bergilir setiap malam ketiga (Selasa malam) tiap pekan.
Di cabang Sumbawa pun kekurangan daya 2,9 MW dari kebutuhan 22 MW hanya tersedia daya listriknya 19,10 MW dan di Cabang Bima kekurangan daya 3,7 MW dari daya tersedia 18,8 MW dari kebutuhan 22,50 MW.
Menurut Anggori, saat ini, pihak PLN tengah mengupayakan penambahan daya dengan menyewa genset, relokasi pasokan dari daerah lain, dan pembangunan pembangkit baru. Di Lombok sementara ini mendapat pasokan dari PLTU Taman Jeranjang 1x25 MW, PLTU Taman Jeranjang 2x25 MW, PLTMH Santong 0,85 MW, PLTMH Kokok Putih ± 3.2 MW, PLTMH Segara Anak ± 5.8 MW.
Sistem di Kabupaten Bima dipasok dari PLTU Bonto 2x10 MW.
SUPRIYANTHO KHAFID