Berdasarkan perdagangan elektronik di Bursa Saham New York pada pagi hari di Eropa menyatakan, harga minyak untuk pengiriman pada Mei mendatang menurun sebesar US$ 1,19 menjadi US$ 80,72 per barelnya. Pada hari Selasa (23/3) ada peningkatan sebesar 31 sen hingga US$ 81,91 per barel.
Pasokan minyak Amerika Serikat telah meningkat drastis dalam beberapa minggu belakangan, walau pemulihan ekonomi berlangsung perlahan tetapi pasti dan daya beli konsumen yang masih lemah.
Institut Petroleum Amerika kemarin mengungkapkan, pasokan minyak mentah meningkat minggu lalu sebanyak 7,5 juta barel. Berdasarkan survei dari Platts, lembaga peneliti mengenai energi dari McGraw-Hill, pasokan masih akan meningkat hingga 1,7 juta barel.
Olivier Jakob dari Petromatrix Switzerland menyatakan kontrak Nymex masih kekurangan momentumnya. "Tidak bergerak antara keinginan untuk berdagang berdasar sentime S&P 500 atau berdasar realitas fundamental permintaan-penawaran minyak,"
Para analis menambahkan ada pelemahan hubungan antara nilai tukar dolar dengan harga minyak. Harga minyak saat ini lebih terkorelasi dengan pasar ekuitas. Namun, nilai tukar dolar terhadap euro pada perdagangan hari ini terus meningkat seiring kejatuhan harga minyak. Nilai tukar dolar yang lebih kuat selama ini dianggap sebagai salah satu faktor pendorong penurunan harga minyak.
Laporan dari Sucden Financial Research London menyatakan, harga minyak mentah berada di kisaran US$ 75-US$ 84 tahun ini, tetapi penguatan dolar akan mencegah harga minyak bergerak lebih jauh.
Laporan tersebut juga menyebutkan para investor akan lebih berahti-hati seiring dengan masih lemahnya permintaan akan minyak dan tingginya pasokan minyak mentah.
Dalam peerdagangan Nymex untuk kontrak April, harga minyak jenis heat turun 3,08 sen menjadi US 2,071 per galon. Gas alam menurun 5,4 sen menjadi US$ 4,076 per seribu kaki kubik. Di London, harga minyak Brent turun US$ 1,21 menjadi US$ 79,49 dan bursa saham ICE.
ASSOCIATED PRESS | ARYANI KRISTANTI