TEMPO Interaktif, Palembang -PT Pupuk Sriwijaya tahun depan akan menjual pupuk organik bekerja sama dengan pihak-pihak swasta. Saat ini Pupuk Sriwijaya baru memproduksi sekitar 5000 ton dari 180 ribu ton jatah Pusri untuk pupuk organik.
"Kebutuhan pupuk organik secara nasional sekitar 910 ribu ton dan Pusri mendapat jatah 180 ribu ton sedang produksinya baru mencapai 5000 ton," kata Direktur Pemasaran PT Pusri Bowo Kuntohadi usai menghadiri lomba teori dan praktek bimbingan teknis pemupukan di Banyuurip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Rabu (15/12).
Salah satu kendala masih minimnya produksi pupuk organik, ia melanjutkan, karena masih tahap uji coba. Saat ini pupuk organik dijual dengan harga subsidi Rp500 perkilogramnya, dan Pusri juga bekerja sama dengan sekitar 42 mitranya untuk memasok pupuk organik dan dipasarkan oleh Pusri.
Terkait dengan kelangkahan pupuk, Bowo mengharapkan tahun depan tidak ada istilah tersebut karena pendistribusian pupuk dilakukan secara tertutup. Dengan sistem ini, setiap petani pengguna pupuk sudah terdaftar dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok). Dalam sistem ini Bupati memegang peran kunci dalam pendistribusian pupuk bersubsidi.
Sementara itu, soal ketersedian gas untuk pabrik pupuk Pusri, pada 2012 kontrak gas Pusri dengan Pertamina habis, Bowo menyakini masalah ini akan teratasi karena produksi Pusri itu 86 persen untuk kebutuhan pupuk dalam negeri. Jadi mustahil jika pemerintah tidak memikirkan ketersedian gas untuk pabrik pupuk tertua ini.
ARIF ARDIANSYAH